Page 32 - MAJALAH 121
P. 32
ANGGARAN
tan petani, dan kan oleh peme rintah .
mening katnya
p e n y e r a p a n Mekanisme Penyaluran Dan Penga-
tenaga kerja. Ke wasan Subsidi Pupuk
bijakan subsidi
pupuk erat kai Proses penyaluran pupuk bersub
tannya dengan sidi diawali dengan usulan dari ke
kondisi ekono lompok tani. Kelompok tani mem
mi, politik, sos buat usulan kebutuhan pupuk para
ial dan teknologi petani anggotanya yang dituangkan
serta melibatkan dalam RDKK (Rencana Kebutuhan
berbagai aktor Definitif Kelompok). RDKK tersebut
yang terkait se dikirimkan kepada Penyalur (Kios)
laku pengambil atau Gapoktan yang bertindak se
keputusan stra bagai pengecer resmi (LiniIV), dan
tegis. selanjutnya rekapitulasi usulan ke
butuhan pupuk tersebut dikirimkan
pupuk bersubsidi yang merupakan Dalam hal ini, kepada Distributor (LiniIII).
selisih antara harga eceran terting Kementerian Pertanian menjadi
gi (HET) dengan harga pasar (Rp/ aktor yang dipentingkan, karena Rekapitulasi kebutuhan pupuk yang
kg) dan cakupan volume pupuk yang secara teknis bertanggungjawab telah disusun oleh distributor ke
memperoleh subsidi. Khusus untuk dalam perencanaan kebutuhan mudian dikirimkan kepada Dinas
pupuk urea, HET dipengaruhi paso pupuk, sehingga produksi pangan Pertanian Kabupaten atau Kota,
kan gas. Karena harga gas diperhi dapat menjamin ketahanan pangan dan selanjutnya secara berjenjang
tungkan dalam dolar (US$/MMB nasio nal. BUMN. Selain itu, Kemen diserahkan kepada Dinas Pertanian
TU). Selain itu, subsidi pupuk juga tan juga bertanggungjawab atas Provinsi dan Kementerian Pertani
dipengaruhi oleh biaya transportasi ketersediaan pupuk. Sementara itu, an. Alokasi pupuk bersubsidi secara
ke daerah terpencil dan biaya pe DPR memegang peran sangat stra nasional tersebut dirinci menurut
ngawasan. Tentunya, besaran beban tegis, khususnya dalam perumusan provinsi, jenis, jumlah, sub sektor,
subsidi dapat disesuaikan dengan kebijakan pupuk nasional dan pene dan sebaran bulanan. Selanjutnya,
cara melakukan penyesuaian terha tapan anggaran subsidi yang diaju dirinci menurut kabupaten atau
dap faktorfaktor tersebut.
Hingga saat ini, efektivitas dan
efisiensi subsidi pupuk belum terca
pai. Kenaikan kuantitas pupuk ber
subsidi tidak mampu menurunkan
harga pupuk yang tetap tinggi.
Berbagai kebijakan mengenai sub
sidi ini telah digalakkan dari 1970.
Namun hingga kini belum mampu
mengatasi masalah kelangkaan pu
puk. Di sisi lain, petani masih eng
gan untuk menggunakan pupuk
organik, karena belum terbukti ke
berhasilannya. Padahal, Pemerintah
juga telah memberikan subsidi pu
puk organik sejak tahun 2008.
Prioritas kebijakan subsidi pupuk
adalah terjaminnya ketersediaan
pupuk, yang selanjutnya akan ber
dampak pada peningkatan produksi
pangan, peningkatan pendapa
32 PARLEMENTARIA EDISI 121 TH. XLV, 2015