Page 30 - MAJALAH 110
P. 30

SUMBANG SARAN




                                      Wajah Demokrasi Pasca-

                                      Amandemen UUD 1945




                                        Oleh: Karyono Wibowo)*




                      erakan reformasi 1998 tak hanya merun-  GBHN telah dihapus. Karenanya, sistem pemerintahan
                      tuhkan  rezim  Orde  Baru  yang  telah  pasca-perubahan UUD 1945 tidak memerlukan lagi
                      berkuasa lebih dari 30 tahun, tapi telah  GBHN yang menjadi pedoman dasar untuk program
                      mengubah sistem politik dan pemerin-  pembangunan selama 5 tahun sebagaimana sistem
           Gtahan. Tak pelak, wajah demokrasi kita  pemerintahan sebelum terjadi perubahan konstitusi.
          pun berubah. Demokrasi ala Orde Baru yang lebih te-
          pat disebut sebagai pseudo demoracy telah bergeser ke   Celakanya, kedudukan GBHN diganti dengan Rencana
          sistem demokrasi yang lebih terbuka. Perubahan sistem  Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) –yang
          secara fundamental tersebut terjadi dan mencapai pun-  diajukan pemerintah. Hal ini tentu berbeda kedudukan
          caknya ketika Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)  hukum antara GBHN dengan RPJPN. GBHN diatur di
          hasil pemilu 1999 melakukan amandemen UUD 1945  dalam UUD dan ditetapkan oleh MPR sebagai pedoman
          selama empat kali, yang pada akhirnya, perubahan  dalam pembangunan bangsa dan negara yang harus
          (amandemen) UUD 1945 tersebut disahkan pada Rapat  dilaksanakan oleh presiden selaku mandataris MPR.
          Paripurna MPR tahun 2002.                         Sementara, RPJPN merupakan program pembangunan
                                                            jangka panjang usulan pemerintah yang ditetapkan
           Beberapa perubahan yang paling mendasar dalam  melalui Undang-Undang 25/2004.
          UUD 1945 adalah hilangnya fungsi MPR sebagai
          lembaga tertinggi negara yang memegang kedaulatan   Memang  sepintas,  antara  GBHN  dan  RPJPN  ini
          rakyat sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat  sama fungsinya yaitu sebagai pedoman dan arah
          (2) UUD 1945 yang berbunyi;  kedaulatan  ada  di  pembangunan baik pemerintah pusat maupun daerah.
          tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh  RPJP ini akan dibuat turunannya per lima tahun dengan
          Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pasal tersebut telah  istilah RPJM atau Rencana Pembangunan Jangka
          diubah menjadi; kedaulatan ada di tangan rakyat dan  Menengah. Lima tahun diambil dari masa kerja seorang
          dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Dengan  Presiden RI. Demikian juga dengan daerah yang harus
          demikian, MPR bukan lagi merupakan lembaga tertinggi  membuat RPJP Daerah dan RPJM Daerah masing-masing
          negara, bukan pemegang kedaulatan rakyat dan bukan  yang mengacu kepada RPJPN.
          merupakan penjelmaan seluruh rakyat.
                                                              Dengan demikian, arah pembangunan dalam sistem
           UUD 1945 (hasil amandemen) juga menghapus ke-    pemerintahan pasca-amandemen UUD 1945 ini lebih
          beradaan anggota MPR Utusan Golongan dan Utusan  cenderung bergantung pada selera penguasa. Sistem ini
          Daerah yang sebelumnya telah diatur dalam pasal 2  dapat menyebabkan disorientasi arah pembangunan,
          ayat (1) UUD 1945 yang meyebutkan; Majelis Permusya-  apabila Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) lemah dalam
          waratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan  melakukan fungsi pengawasan terhadap jalannya
          Perwakilan Rakyat ditambah utusan-utusan dari dae-  pemerintahan. Apalagi masalah RPJP Nasional maupun
          rah dan golongan-golongan, menurut aturan yang  RPJP Daerah sangat jarang menjadi perbincangan di
          ditetapkan dengan undang-undang. Keanggotaan utu-  DPR maupun dalam wacana publik. Oleh karenanya
          san golongan dan utusan daerah di MPR, memang tidak  sebagian besar masyarakat tidak mengetahui apa itu
          melalui pemilihan, tetapi diangkat berdasarkan undang-  RPJP dan RPJM, apa yang sedang dibangun. Maka tidak
          undang. Hal inilah yang menjadi perdebatan di antara  heran jika timbul persepsi publik bahwa negara ini tidak
          anggota MPR. Akhirnya, utusan daerah diganti dengan  memiliki agenda pembangunan yang terarah.
          Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui
          pemilu secara langsung.                             Sistem Pemilu dan Demokrasi

           Perubahan penting lainnya adalah hilangnya         Salah satu konsekuensi dari perubahan konstitusi itu
          kewenangan MPR untuk menetapkan Garis-Garis Besar  adalah sistem pemilihan presiden dan wakil presiden
          Haluan Negara (GBHN) sebagaimana yang diatur dalam  tidak lagi dipilih oleh MPR, tetapi dipilih langsung oleh
          pasal 3 UUD 1945 asli. Dalam UUD hasil amandemen,  rakyat dalam pemilihan umum. Begitu pun kepala
          pasal tentang kewenangan MPR untuk menetapkan  daerah yang dahulu dipilih oleh anggota DPRD, diganti


          30 PARLEMENTARIA  EDISI 110 TH. XLIV, 2014
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35