Page 32 - MAJALAH 110
P. 32

SUMBANG SARAN




          percobaan melalui eksperimen perubahan konstitusi  dengan cara hidup “pasar” semakin sering terdengar
          dalam rangka mencari sistem politik dan demokrasi  dalam kaitannya dengan “politik”.
          yang cocok. Singkat kata, nampaknya sitem politik dan
          demokrasi kita sedang mencari bentuk.               Politik, yang sepatutnya berhubungan dengan
                                                            pembuatan kebijakan (policy) dalam administrasi
           Selebritisasi Politik Dalam Demokrasi            negara, semakin sering dieja dengan kosa kata yang
                                                            lazim dipakai di “pasar”. Pasar gagasan (program)
           Paralel dengan perubahan sistem politik pasca-   dengan cepat berubah menjadi pasar citra, pasar tokoh,
          amandemen UUD 1945 saat ini panggung politik  pasar sosialita, karena dalam diskursus pasar, kita sudah
          Indonesia pun mengalami perubahan signifikan.  terbiasa dengan konsep-konsep semisal produk, jasa,
          Panggung politik yang dahulu cenderung tertutup  merk, citra merk dan ekuitas merk.
          kini berubah menjadi panggung terbuka. Lihatlah
          wajah artis bertebaran di panggung politik Indonesia.   Namun demikian, munculnya politisi yang berperilaku
          Wajah para selebritis mewarnai daftar calon legislatif  selebritis dan selebritis yang terjun menjadi politisi
          2014 - 2019. Di tepi lain, sikap sebagian politisi pun  tidak serta merta dapat dipersalahkan secara sepihak,
          tak jarang memainkan langgam layaknya selebritis.  karena hal itu inheren dengan sistem yang yang
          Dengan begitu, perubahan konstitusi telah melahirkan  berlaku sekarang. Dalam sistem demokrasi “pasar
          selebritas politik. Mengamati fenomena demokrasi  bebas”, kandidat dipilih secara langsung berdasarkan
          kekinian, maka penulis sependapat dengan istilah yang  suara terbanyak, maka aspek popularitas menjadi
          dikemukakan Nyarwi Ahmad, pakar komunikasi politik  modal pertama yang harus dimiliki oleh kontestan
          Universitas Gajah Mada, kandidat doctor Bournemouth  pemilu seperti calon presiden, calon kepala daerah dan
          University, United Kingdom yang menyebut telah terjadi  calon legislatif. Variabel utama dalam sistem electoral
          selebritisasi politik pasca Orde Baru.            berdasarkan suara terbanyak, modal yang harus dimiliki
                                                            seorang calon (candidate) antara lain adalah popularitas
           Demokrasi memang tidak membatasi suatu golongan  (popularity), seberapa besar si kandidat disukai (likable)
          tertentu, karenanya, selebritis pun memiliki hak untuk  dan keterpilihan (electability). Dalam konteks inilah
          memilih dan dipilih. Tetapi, demokrasi bukan sekadar  para kandidat berkepentingan saling berkompetisi agar
          aksesoris atau ornamen. Demokrasi juga bukan  lebih dikenal, disukai dan dipilih masyarakat (pemilih).
          sekadar memenuhi prosedur teknis, tetapi demokrasi
          memerlukan pemahaman substantif dan praktik untuk   Maka menjadi mahfum, bila artis atau selebriti rame-
          mewujudkan tujuan dan nilai-nilai demokrasi. Dalam  rame terjun ke panggung politik untuk menjadi kepala
          konteks Indonesia, praktik demokrasi harus sejalan  daerah maupun anggota legislatif, karena mereka sudah
          dengan cita-cita proklamasi yang termaktub dalam  memiliki modal popularitas dan penggemar yang bisa
          Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.              berpotensi menjadi pemilih. Begitu pula para kandidat
                                                            yang berlatar belakang aktivis dan politisi, mereka pun
                                                            perlu menaikkan tingkat popularitas dan berlomba-
                  Dalam sistem demokrasi                    lomba menarik simpati publik sebagai modal untuk
          pemilihan langsung,                               meningkatkan elektabilitas.
          selebritisasi politik memang                      menyampaikan pesan-pesan promosi yang menggugah
                                                              Karenanya, para politisi harus tampil mengesankan
          sulit dihindari, karena                           minat pemilih, baik melalui media ruang publik seperti
          gejala tersebut merupakan                         baliho, billboard, spanduk, banner, pertemuan tatap
                                                            muka langsung, social event atau tampil melalui layar
          konsekuensi dari sistem                           televisi, surat kabar, majalah, tabloid, internet dan sosial
                                                            media. Penampilan mereka bagaikan selebritis dan
          demokrasi “pasar” yang                            bintang iklan sebuah produk. Namun apa mau dikata,
          tengah berlangsung saat ini.                      di dalam sistem pemilihan langsung sudah sewajarnya
                                                            semua kontestan harus mempromosikan diri seluas-
                                                            luasnya untuk mempersuasi pemilih. Semoga saja,
                                                            pemilih Indonesia semakin cerdas, sehingga yang
           Dalam sistem demokrasi pemilihan langsung,  akan lahir sebagai pemimpin bukan sekadar selebritas
          selebritisasi politik memang sulit dihindari, karena  politisi dan politisi selebritas yang hanya mengandalkan
          gejala tersebut merupakan konsekuensi dari sistem  popularitas, tetapi pemimpin yang cerdas dan
          demokrasi “pasar” yang tengah berlangsung saat ini.  berkualitas.***
          Dalam konteks politik Indonesia, menurut Alois A.
          Nugroho, dalam kata pengantar buku karangan Nyarwi   *) Penulis adalah Peneliti Senior di Indonesian Public
          Ahmad, Manajemen Komunikasi Politik dan Marketing  Institute (IPI)
          Politik, diskursus yang biasa terjadi dalam kaitannya


          32  PARLEMENTARIA  EDISI 110 TH. XLIV, 2014
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37