Page 24 - MAJALAH 65
P. 24

PENGAWASAN


            VII tentang keinginan mengadakan  menginginkan BP Migas mengubah   perbaikan cost recovery, leaveting oil.
            konversi minyak tanah ke Elpiji,  kebijakan tentang peningkatan    Belum lagi masalah-masalah mafia
            namun dalam implementasinya       produksi minyak.                 crude oil, banyak sekali yang harus
            banyak sekali kendala yang terjadi  Di sisi lain menurut Nizar masih  dibenahi kebijakan yang krusial
            di lapangan. Sehingga kita        ada kesulitan secara teknis, dimana  dalam pengadaan crude oil.  “BP
            mempertanyakan apakah konversi    sejak awal Komisi VII telah      Migas harus dapat memberantas
            ini akan berjalan dengan baik     mengingatkan tentang lifting oil,  mafia crude oil,” desak Nizar. Dia
            seperti yang dipaparkan dalam     dengan peningkatan melalui       juga mengharapkan masalah
            Raker itu.                        perusahaan Kontraktor Production  kebijakan minyak ini dapat
               Nizar yang juga anggota DPR    Sharing (kontrator bagi hasil/KPS)  memanfaatkan naiknya harga
            dari Fraksi Bintang Pelopor       yang bersifat real. “ Yang saya  minyak dunia.
            Demokrasi, mencontohkan masalah   harapkan bukan hitungan di atas  Tekan ongkos produksi
            minyak tanah yang dikategorikan   kertas, melainkan yang bersifat riil,  Sementara itu, anggota Komisi XI
            masih banyak dibutuhkan oleh      harus sesuai dengan yang         dari Fraksi Partai Amanat Nasional
            masyarakat kelas bawah. Mereka    dilaporkan,” ia menjelaskan.     (PAN), Drajad H. Wibowo
            (masyarakat kelas bawah)            Anggota Dewan ini juga         mengatakan,  sebenarnya masih ada
            mendapatkan minyak tanah  hanya   mengkritik bahwa empati dan      cara-cara lain untuk menekan biaya
            dengan seribu dua ribu perak.     kebijakan BP Migas  kurang       produksi BBM yang belum
            Sedangkan Elpiji yang harganya    keberpihakan terhadap rakyat.    dilakukan pemerintah.
            sekitar Rp12.000,- mereka agak    Dengan gagalnya target lifting      “Ada cara-cara yang sebaiknya
            kesulitan untuk membelinya.       berarti cost recovery nya meningkat.  dilakukan pemerintah untuk
            Apalagi elpiji juga sering tidak    Cost recovery juga merupakan   menekan ongkos produksi BBM
            lancar pendistribusiannya.        masalah yang mendasar, sehingga  sebelum menaikkan harganya.
               Dia mempertanyakan tentang     menjadi membengkak sekitar 387   Pemerintah sebaiknya jangan
            tujuan dari konvensi ini akan     Triliun.  Nizar Dahlan memandang  bermental pedagang yang hanya
            mendatangkan manfaat kepada       masalah recovery perlu           tahu menaikkan harga untuk
            rakyat atau manfaat kepada mereka  pembenahan. Banyak hal-hal yang  menaikkan keuntungan,” ujarnya.
            yang mengurusnya. “Jangan sampai  tidak harus dimasukan dalam cost    Cara tersebut di antaranya
            hal ini ada kaitannya dengan      recovery. Dia mencontohkan ada   dengan menaikkan produksi minyak
            bisnis,” tegasnya.                suatu perusahaan Kontraktor      dalam negeri hingga menjadi 1,4
               Nizar mengatakan untuk         Production Sharing (kontrator bagi  juta barrel yang dapat
            pengadaan tabung gas tersebut,    hasil/KPS) yang membeli mobil anti  menggantikan minyak yang selama
            pengusaha dalam dan luar negeri   peluru dengan harga yang sekian  ini diimpor oleh pemerintah.
            (cina) berebut untuk mendapatkan  milyar dimasukkan dalam cost        Selain itu, menurut dia,
            lisensinya. “Itu merupakan bidang  recovery. Saya sering protes    pemerintah harus terlebih dahulu
            bisnis baru di kalangan mereka,”  mengenai hal tersebut.           mengaudit Pertamina sehingga
            katanya.                          Dia meminta diadakan suatu       dapat diketahui persis letak
               Selain itu, Badan Pelaksana    hitungan yang benar. Yang layak  inefisiensi produksi BBM sebelum
            Usaha Hulu Migas (BP Migas)       dimasukkan ke dalam cost recovery  menaikkan harga jualnya. Demikian
            yang diatur dengan UU tersendiri.  yang ada kaitannya dengan       juga dengan rekening penerimaan
            Yang tidak dibawah Departemen     produksi. Komisi VII juga telah  hasil penjualan minyak dan gas
            ESDM, tetapi terkadang            membentuk Panitia Kerja untuk    bumi (migas) yang menurut Drajad,
            diposisikan dibawahnya. “Ini      melihat secara detail cost covery BP  sampai saat ini banyak yang tidak
            merupakan masalah tersendiri dari  Migas.                          jelas keberadaannya.
            sisi birokrasi,” tegasnya. Dia      Indonesia seharusnya              “Pemerintah belum boleh
            menginginkan ada independensi     mendapatkan keuntungan dengan    menaikkan harga BBM sebelum
            BP Migas dalam menjalankan        naiknya harga minyak dunia, tetapi  mengaudit Pertamina dan
            tugasnya.                         justru membengkaknya defisit     membenahi rekening penerimaan
               Selanjutnya, dia mengharapkan  Anggaran Pendapatan dan Belanja  migas. Kalau rakyat tidak ada yang
            lifting produksi minyak naik, namun  Negara (APBN). Hal itu karena  tahu persis berapa sebenarnya
            kenyataannya semakin menurun.     produksi minyak Indonesia terus  ongkos produksi BBM dan berapa
            Dewan telah mengasumsikan untuk   menerus turun.                   hasil penerimaan migas kita, `masa`
            APBN 2008 produksi meningkat        Mengenai kinerja BP Migas dia  mereka harus menanggung
            menjadi 1.038.000 barel perhari,  menyayangkan dan juga terhadap   kenaikan ongkos produksi BBM
            ternyata realisasinya hanya 927   kebijakan Pemerintah dinilai     yang tidak jelas itu,” katanya.
            ribu. Oleh sebab itu, dia         lamban mengantisipasi dalam      (as)


            24      PARLEMENTARIA TH. XXXIX NO. 65
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29