Page 60 - Membangun Kadaster Lengkap Indonesia
P. 60

tanah dan administrasi  pertanahan  menjadi  semakin  penting
            dilakukan dalam rangka  mewujudkan TPB sesuai waktu yang yang
            telah disepakati.


            2.1.10. Perkembangan Kadaster Lengkap di Indonesia
                Membangun kadaster lengkap  di Indonesia,  masih mejadi
            tantangan  besar,  sebagaimana  telah dijelaskan di dalam  bab  I,
            walaupun sudah mulai dibangun sejak 200 tahun lalu oleh pemerintah
            kolonial  Belanda (Eng, 2018).  Tantangan  terbesar  adalah besarnya
            wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

                Sebelum  tahun  1960,  sistem  pendaftaran  tanah  berbasis  persil
            dioperasikan di bawah hukum Pemerintah Kolonial Belanda. Sejak
            awal  abad  ke-17  sebagian  besar wilayah  Indonesia  telah diperintah
            oleh Belanda (Harsono,  2019).  Sistem  yang  digunakan  adalah
            sistem kadaster Eropa (Belanda) yang memiliki tujuan utama untuk
            melindungi kepentingan penduduk Belanda dan beberapa kelompok
            etnis kecil lainnya di daerah perkotaan dan perkebunan.

                Pada tanggal 24 September 1960, Undang-Undang No. 5 tentang
            Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) diperkenalkan untuk
            menghapuskan dualisme hukum Belanda dan hukum adat. Hukum
            tanah nasional yang baru ini didasarkan pada prinsip-prinsip hukum
            adat dan konstitusi (UUD 1945) Pasal 33 ayat (3), yaitu:

                 “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
                 dikuasai  oleh negara  dan  dipergunakan  untuk sebesar-besar
                 kemakmuran rakyat”.
                Dalam Pasal  19 UUPA  disebutkan bahwa: “Untuk menjamin
            kepastian  hukum oleh  Pemerintah diadakan  pendaftaran  tanah di
            seluruh  wilayah Republik Indonesia”.  Keinginan membangun
            kadaster lengkap nampak jelas  dalam UUPA.  Namun,  dalam
            perkembangannya, pemerintah menghadapi masalah yang luar biasa
            dalam melaksanakan tugas yang begitu besar tersebut. Selain peraturan
            yang  baru,  dan  beberapa  perubahan dalam  struktur  pemerintahan
            karena ketidakstabilan politik sebelum 1965, ketersediaan anggaran
            sangat terbatas, sehingga kemajuan pendaftaran tanah sangat lambat
            (Hermanses, 1983).  Undang-undang  tersebut juga menyebutkan
            bahwa sistem  pendaftaran  tanah  adalah sistem  “user-pay”, dengan



                                                                 BAB 2.  33
                                    Kadaster, Pendaftaran Tanah, dan Administrasi Pertanahan
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65