Page 62 - Membangun Kadaster Lengkap Indonesia
P. 62

tidak mungkin, sebagaimana dikatakan Rohan Bennett (2007), bangsa
            Indonesia dapat mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.


            2.2.  Kadaster
                Kadaster tidak memiliki pengertian yang berlaku secara universal
            (Zevenbergen, 2002). Meskipun mempunyai sejarah panjang selama
            berabad-abad,  istilah  kadaster  terus mengalami  pergeseran  makna
            dan diimplementasikan  secara  beragam  sesuai dengan  kebutuhan
            setiap negara. Secara umum, kadaster meliputi dua kegiatan, yaitu
            pendaftaran tanah dan pemetaan  kadaster.  Dalam pelaksanaannya,
            beberapa negara memasukkan kegiatan  pemetaan kadaster
            menjadi  bagian  dari  kegiatan  pendaftaran  tanah.  Beberapa negara
            lain memisahkannya.  Selain itu,  terdapat negara  yang  institusi
            kadasternya, baik secara teknis, legal, dan organisasional tergabung
            menjadi satu dengan institusi yang menangani pemetaan topografi,
            namun  ada juga  yang  terpisah (Kaufmann  dan Steudler, 1998).
            Terkait  dengan kelengkapan kadaster, negara-negara maju  telah
            memiliki peta kadaster lengkap di seluruh wilayahnya, yang dibangun
            melalui  pemetaan secara sistematis.  Sementara  itu, sebagian  besar
            negara berkembang belum memiliki  peta kadaster lengkap,  dan
            pembuatannya pun dilakukan secara sporadis.
                Zevenbergen    (2002)   menyebutkan     contoh   perbedaan
            penggunaan istilah kadaster di beberapa negara Eropa. Di Belanda,
            kadaster mencakup keseluruhan  sistem  pendaftaran  tanah melalui
            sistem pendaftaran  akta.  Austria  menggunakan  kadaster  sebagai
            basis perpajakan, di mana peta dan daftar tanahnya berisi nama dan
            atribut nilai tanah. Di negara-negara Eropa Tengah dan Eropa Timur,
            daftar tanahnya berisi informasi teknis pertanian yang sangat rinci.
            Sedangkan,  negara-negara Eropa  Timur (Nordik)  tidak mengenal
            istilah  kadaster di  dalam  bahasa  lokalnya, demikian  juga dengan
            sebagian besar negara Anglo-Saxon yang tidak menggunakan istilah
            kadaster dalam menyebut survei batas-batas tanah atau propertinya.
                Dalam UUPA sendiri, istilah kadaster disebut empat kali dalam
            penjelasan IV mengenai  dasar-dasar  untuk mengadakan kepastian
            hukum. Demikian juga, kadaster lengkap,  yang  disebut  sebagai
            “kadaster  yang meliputi  seluruh  wilayah negara”, merupakan hasil
            kegiatan  pendaftaran  tanah yang  diwajibkan (mandatory)  bagi



                                                                 BAB 2.  35
                                    Kadaster, Pendaftaran Tanah, dan Administrasi Pertanahan
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67