Page 61 - Membangun Kadaster Lengkap Indonesia
P. 61

ketentuan bahwa bagi masyarakat yang tidak mampu dibebaskan dari
            biaya-biaya  tersebut. Namun,  karena  sebagian besar  penduduknya
            tidak mampu, permasalahan biaya menjadi sulit untuk diatasi (Eng,
            2008).

                Dalam  upaya  membangun  kadaster  lengkap  di Indonesia,
            Pemerintah Indonesia menyelenggarakan kegiatan  pendaftaran
            tanah,  baik  secara  sistematis maupun  sporadis. Sejak  tahun 1961,
            dengan  dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 10  Tahun 1961
            tentang  Pendaftaran  Tanah,  proyek  survei  kadaster  sistematis
            dimulai yang disebut dengan “pemetaan desa demi desa”. Namun,
            karena keterbatasan anggaran, sumber daya manusia, dan peralatan,
            termasuk  tidak  sederhananya  regulasi, hingga  tahun 1996  hasil
            pendaftaran  tanah,  baik secara sistematis  maupun sporadis selama
            35 tahun tersebut lebih kurang 16,3 juta (29,6%) dari 55 juta bidang
            tanah yang memenuhi syarat untuk didaftarkan (Penjelasan PP No.
            24/1997).
                Deklarasi Bogor (1996) juga memberikan  rekomendasi kepada
            pemerintah untuk membangun kadaster yang lengkap. Pemerintah
            merevisi PP No. 10/1961 menjadi  PP No. 24/1997, yang  selanjutnya
            diikuti dengan pendaftaran tanah secara sistematis melalui Proyek
            Administrasi  Pertanahan (PAP) berbantuan Bank Dunia (The
            World  Bank,  1994).  Isu politik  yang  diikuti  oleh reformasi politik
            pada tahun 1998 mengakhiri PAP sebelum selesai sebagaimana yang
            direncanakan.
                Pada  tahun 2016,  satu  tahun  setelah Pemerintah Indonesia
            menandatangani resolusi PBB tentang SDGs (lihat II.1.9), pemerintah
            menyebutkan bahwa, dari 126 juta bidang tanah di Indonesia, baru
            terdaftar sebanyak 46 juta bidang. Selanjutnya, dimulailah kegiatan
            PTSL  yang  bertujuan mendaftarkan 126 juta bidang  tanah  sampai
            dengan tahun 2025.
                Benar apa  yang dinyatakan oleh  Pierre Van  Der  Eng,  sampai
            saat ini  kadaster  di  Indonesia masih belum lengkap. Pendaftaran
            tanah yang dilaksanakan secara sporadis atas inisiatif pemilik tanah,
            maupun  secara  sistematis  melalui  pemetaan desa demi desa,  PAP,
            dan PTSL belum berhasil membangun kadaster lengkap di Indonesia
            sebagaimana  yang  diinginkan. Sehingga  sangat  berat  atau  bahkan




            34    Membangun Kadaster Lengkap Indonesia
                  Dwi Budi Martono
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66