Page 92 - Membangun Kadaster Lengkap Indonesia
P. 92

Perlu diperhatikan  bahwa,  pendaftaran akta  tidak  selalu
            menggunakan  sistem negatif,  demikian juga  pendaftaran hak  atas
            tanah  tidak  selalu menganut  sistem  positif (Zevenbergen 2002).
            Dekker (1986) memberikan contoh bahwa praktik sistem negatif dan
            sistem positif dapat digunakan baik pada pendaftaran akta maupun
            pendaftaran hak atas tanah, sebagaimana contoh di beberapa negara
            pada Tabel 2. 5.

                    Tabel 2. 5. Contoh Beberapa Negara dengan Sistem
                                 Pendaftaran Tanahnya
                                  Sistem Negatif       Sistem Positif
             Pendaftaran akta     Contoh: Perancis     Contoh: Afrika Selatan
             Pendaftaran hak atas tanah  Contoh: Jerman  Contoh: Australia
            Sumber: (Dekker, 1986, Zevenbergen, 2002)

                Pendaftaran  tanah  di  Indonesia  yang  penyelenggaraannya
            diperintahkan oleh UUPA tidak menggunakan sistem publikasi positif
            di mana kebenaran data dijamin oleh negara, melainkan menggunakan
            sistem publikasi  negatif.  Sebagaimana penjelasan di atas, di dalam
            sistem  publikasi  negatif, negara  tidak menjamin kebenaran  data
            yang disajikan. Walaupun demikian, pendaftaran tanah di Indonesia
            tidak  dimaksudkan untuk  menggunakan  sistem publikasi  negatif
            secara murni. Hal tersebut tampak dari pernyataan dalam Pasal 19
            ayat (2) huruf c UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria (UUPA),
            bahwa surat tanda bukti hak yang diterbitkan  berlaku sebagai alat
            bukti yang kuat dan dalam Pasal  23,  32, dan 38 dinyatakan bahwa
            pendaftaran berbagai peristiwa hukum merupakan alat pembuktian
            yang kuat. Selain itu, dari ketentuan-ketentuan mengenai prosedur
            pengumpulan,  pengolahan,  penyimpanan  dan penyajian  data  fisik
            dan data yuridis serta penerbitan sertipikat, tampak jelas usaha untuk
            memperoleh dan  menyajikan data  yang  benar dalam  pendaftaran
            tanah  untuk  dapat menjamin kepastian hukum (PP No.  24  Tahun
            1997).


            2.4.  Administrasi Pertanahan
                Displin  kadaster dan  pendaftaran  tanah  sudah dikenal dan
            berkembang  sejak  ratusan  tahun  yang lalu (Zevenbergen, 2002).
            Namun,  administrasi  pertanahan  sebagai disiplin  ilmu  baru
            dikenal sejak  The UN  Economic  Commission  for Europe (UNECE)


                                                                 BAB 2.  65
                                    Kadaster, Pendaftaran Tanah, dan Administrasi Pertanahan
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97