Page 93 - Membangun Kadaster Lengkap Indonesia
P. 93

menerbitkan Land Administration Guidelines pada tahun 1996 (Çağdaş
            and  Stubkjær  2009; Williamson et al.  2010a).  UNECE  memberikan
            pengertian administrasi  pertanahan  sebagai:  “the processes  of
            recording and disseminating information about the ownership, value,
            and use of land and its associated resources” (Unece 1996). Guidelines
            ini  mengarahkan agar administrasi  pertanahan  mencakup  proses
            pendataan dan diseminasi informasi tentang penguasaan/pemilikan,
            nilai, dan penggunaan tanah, serta sumber daya yang terkait. Lihat
            kembali penjelasannya dalam 2.1.3.


            2.4.1.  Fungsi Administrasi Pertanahan
                Williamson  dkk. (2010)  menambahkan  fungsi  yang keempat,
            yaitu  fungsi  pengembangan  tanah  (land  development)  di  samping
            fungsi  tenure, value dan  use. Fungsi  administrasi  pertanahan ini
            mengarahkan agar pengembangan tanah sebagai proses implementasi
            peruntukan tanah.  Sehingga  pengembangan tanah  harus  dilihat
            sebagai  bagian  yang  terintegrasi  dalam SAP.  Integrasi ini  untuk
            memastikan  keberlanjutan dan  keselarasannya dengan  penataan
            ruang sebagai kebijakan peruntukan tanah. Pola penggunaan tanah
            yang baru sebagai hasil pengembangan tanah selalu terdata lagi, agar
            SAP  terpelihara  kemutakhiran datanya  sebagai  dasar  perencanaan
            dan administrasi pembangunan ke depan. Interaksi dinamis ini selalu
            terjadi dan harus dipahami serta dikelola sebagai satu kesatuan sistem.






















                     Gambar 2. 27 Perspektif Global Sistem Administrasi Pertanahan
                                 Sumber: (Enemark dkk. 2005)




            66    Membangun Kadaster Lengkap Indonesia
                  Dwi Budi Martono
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98