Page 135 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 135

110   Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


            mendapat perhatian yang kurang memadai dari media massa ataupun
            kajian  akademis  adalah  kasus  jalan  raya  di Pune, di bagian  barat
            Maharashtra, yang menghubungkan Pune dengan kota di dekatnya.
            Sepanjang jalan raya Pune, para pemilik tanah, dengan mediasi dari
            para birokrat telah membentuk suatu kerjasama pertanahan untuk
            mengatasi konlik tanah jalan raya. Para pemilik tanah dari berbagai
            desa datang bersama-sana, mengumpulkan tanah pertanian mereka
            yang terfragmentasi, membentuk    kerjasama  pertanahan, dan
            menyewa-guna-usahakan tanah kerjasama tersebut kepada industri
            ataupun pengembang untuk pemukiman.
                Kedua,  pemahaman  konvensional  mengenai  konlik  tanah  di
            India yang umumnya dipandang sebagai konlik antara petani dan

            pengusaha. Namun suatu temuan yang cukup berbeda dalam studi
            lapangan Balakrishnan dalam pembangunan jalan raya Pune, yaitu
            tidak  semua  petani merupakan  oposan  bagi pembangunan  jalan
            raya  tersebut. Kasta  merupakan  penanda  yang sangat  signiikan
            dalam  relasi sosial, politik, dan  ekonomi dalam  kaitannya  dengan
            desa-desa yang dilalui jalan raya. Para tuan tanah yang memprotes
            pembangunan   jalan  raya, pada  faktanya  adalah  kelompok  sosial
            dominan yang memiliki kendali terhadap kasta yang lebih rendah,
            baik  dalam  hal pertanahan  maupun  kredit. Dengan  demikian,
            konlik  pertanahan  di jalan  raya  India  bukan  sekedar  petani versus
            pengusaha, melainkan  suatu  cerita  yang sedemikian  kompleks
            mengenai struktur  pasar  tanah  sepanjang transisi agraria  menjadi
            industri. Konlik  tersebut  meluap  bersamaan  dengan   bentuk
            tradisional kendali atas tanah sepanjang restrukturisasi tersebut.
                Ketiga,  wacana  mengenai  konlik  agraria  di  India  kerap
            direkatkan pada kasus Singur, Vedanta, dan konlik perairan. Padahal
            ketiga kasus tersebut merupakan kasus yang benar-benar berbeda,
            yaitu konlik jalan raya, konlik peri-urban, dan konlik sumber daya
            air.  Namun  secara  umum  dapat  ditarik  garis  besar  bahwa  konlik

            pertanahan di India adalah benturan antar paradigma pembangunan
            modern  dan  ekonomi kesukuan   adat. Semestinya, penanganan
            konlik  agraria  secara  kasus  per  kasus. Kesimpulanya, konlik  agraria
            dapat  menyediakan  cara  pandang mengenai bagaimana  menggali
   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140