Page 137 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 137

112   Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


                Perlu diketahui bahwa kenaikan harga tanah memiliki dampak
            langsung pada  kebijakan  publik, antara  lain  kebijakan  agraria,
            mengingat  investasi tersebut  menentukan  anggaran  pemerintah.
            Hal tersebut  diperdalam  lagi akibat  konlik  tanah  dan  menjadi
            penyebab  baru  bagi kebijakan  dan  tindakan  pemerintah  dalam
            proses  pengakuan  hak  masyarakat  adat  maupun  keturunan  budak
            Afrika. Melalui artikelnya, Sauer  dan  Leite  berusaha  mereleksikan
            jejak  hukum  yang ditempuh  pemerintah  Brazil dan  sejumlah
            proposal populis, misalnya mobilisasi kepemilikan tanah pada batas
            tertentu di Brazil.


            (VRP)
            Keterangan: Artikel dapat diunduh di http://www.future-agricultures.org

            I.43.  Schneider,  Alison  Elizabeth.  2011.  “What  Shall  We  Do
            Without  Our  Land?  Land  Grabs  and  Resistance  in  Rural
            Cambodia”, artikel dalam International Conference on Global
            Land  Grabbing  6-8  April  2011.  Land  Deals  Politics  Initiative
            (LDPI). Journal of Peasant dan University of Sussex.

            Kata Kunci: Cambodia, penggusuran, tanah terlantar, kode etik,
            resistensi


                Dinamika  politik  pengambilan  tanah  global dicontohkan  di
            Kamboja, dimana  sedikitnya  27 penggusuran  paksa  terjadi pada
            tahun 2009 dan berdampak pada sekitar 23.000 orang. Penggusuran
            masyarakat  miskin  pedesaan  dilegitimasi oleh  asumsi bahwa
            tanah  terlantar  (idle), marjinal, atau  terdegradasi, tersedia  untuk
            dieksploitasi oleh  para  kapitalis. Scneider  membahas  sejumlah
            hal antara  lain; (1) mempertanyakan  asumsi lahan  terlantar  (idle),
            (2) mengeksplorasi apakah  tanah  yang diperebutkan  dapat  diatur
            melalui sebuah  ‘kode  etik’; dan  (3) mengulas  resistensi petani
            terhadap tanah yang diperebutkan. Secara keseluruhan, studi kasus
            Kamboja  mengkonirmasi  bahwa  tanah  yang  diperebutkan  tidak
            menguntungkan kaum miskin pedesaan. Meskipun ‘everyday forms
            of peasant politics” banyak  terjadi, namun  bentuk  pertentangan
   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142