Page 141 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 141

116   Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


            Melalui pendekatan baru ini, pemerintah membuka proses pembuatan
            keputusan dari kelompok elite terbatas ke partisipasi berbagai aktor.
            Ini adalah salah satu respon terhadap fenomena land grab, meskipun
            faktanya  diskusi mengenai aturan  land grab  berkembang lebih
            lambat dari fenomena itu sendiri, misalnya Principle for Responsible
            Agricultural Invesment that Respect Rights, Livelihood and Resources
            yang dimunculkan oleh FAO, IFAD, UNCTAD dan World Bank. Mereka
            ini merekomendasikan  pendekatan  hukum  yang lebih  lunak untuk
            mengatur  land grab  melalui Principles for Responsible Agricultural
            Invesment  (PRAI). PRAI membuka  diskusi mengenai pengaturan
            land grab baik komentar, saran, penelitian dan masukan analisa dari
            berbagai pemangku  kepentingan  termasuk  organisasi masyarakat
            sipil, agen  donor  bilateral dan  multilateral serta  berbagai kategori
            investor. Enam  prinsip  PRAI yaitu; 1) menghormati tanah  dan  SDA;
            2) menjamin  ketahanan  pangan; 3) menjamin  transparansi, good
            governance, dan lingkungan pendukung; 4) konsultasi dan partisipasi;
            5) investasi pertanian  yang bertanggungjawab; 6) keberlanjutan
            lingkungan  dan  sosial. Tujuan  PRAI ini kemudian  diterjemahkan  ke
            dalam persetujuan dalam codes of good or best practices bagi investor,
            pemerintah, donor serta agen internasional pada level yang berbeda.
            Di sini land grab dipercaya  dapat  berkontribusi pada  pengurangan
            kemiskinan  dengan  mekanisme  pembayaran  sewa  atau  pembelian
            tanah, adanya peluang pekerjaan, dan kesempatan baru bagi petani
            kontrak. Dalam  hal ini pemerintah  di negara  target, investor,
            masyarakat sipil dan lembaga internasional harus secara aktif terlibat
            dalam proses pembuatan keputusan agar bisa memperoleh hasil yang
            positif dengan menghormati land grabbing. Selain PRAI juga ada CFS
            (Committe on World Food Security) dengan panduannya ‘Responsible
            Governance of Tenure of Land and Other Natural resources. Juga ada
            CSO (Organisasi Masyarakat  Sipil) yang memakai pendekatan  hak
            asasi manusia untuk pengelolaan land grab. Fakta menunjukan bahwa
            ada banyak pihak yang turut ambil bagian dalam merespon land grab.
            Mereka  ini memiliki berbagai macam  pendekatan  yang kemudian
            disebut dengan ‘regime complex’ yaitu an array of partially ovelapping
            and  nonhierarchical  institution governing a particular issue-area.
            Tiga  karakteristik  umum  dari kompleksitas  rezim  ini adalah  path
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146