Page 151 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 151
126 Dwi Wulan Pujiriyani, dkk
kontrak tanah, tetapi sesungguhnya ia adalah persoalan kekuasaan
dan kewenangan (power and authority). Berdasarkan data yang
ada temntang land grab menunjukkan; a) ketersediaan lapangan
kerja baru yang ada tidak sebanyak yang diharapkan; b) demikian
halnya dengan investasi yang masuk; c) klaim angkatan kerja
yang meningkat; dan d) pola tanam yang monokultur cenderung
menghemat pemakaian tenaga kerja. Selanjutnya, ketersediaan
dan kualitas tenaga kerja merupakan dampak utama dari land grab
berupa relasi usia, relasi sosial, relasi gender dan diferensiasi sosial.
Persoalan HAM. Agar sejauh mungkin upaya land grab
dipandang bukan sebagai sesuatu yang tak terhindarkan namun
hanya salah satu alternatif, terutama dalam menegakkan hak setiap
manusia untuk mendapatkan pangan dan bebas dari rasa lapar.
Dalam hal ini kebijakan negara dimungkinkan mengabaikan hak
asasi manusia terutama terkait dengan hak kepemilikan serta hak
mendapatkan informasi yang lengkap dalam skema kompensasi
serta hal-hal lainnya dalam kesepakatan.
(MBA)
Keterangan: Artikel dapat diunduh di www.tni.org
I.50. Ybarra, Megan. 2011. “Taming the Jungle, Saving the Maya
Forest: The Military’s Role in Guatemalan Conservation”,
artikel dalam International Conference on Global Land
Grabbing 6-8 April 2011. Land Deals Politics Initiative (LDPI).
Journal of Peasant dan University of Sussex.
Kata Kunci: Guetemala, konservasi, taman nasional, militer
Dalam artikelnya, Ybarra mengkaji peran militer dalam
konservasi di Guatemala sepanjang analisis wacana mengenai
dataran rendah dari waktu ke waktu. Secara historis, imajinasi
Guatemala terhadap dataran rendah adalah hutan yang berbahaya
yang harus dijinakkan. Semenjak perang sipil berkecamuk, pihak
militer telah memperalat imajinasi tersebut untuk memerangi
pemberontakan, menempatkan hutan belantara sebagai ruang