Page 150 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 150
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 125
pangan dan energi menimbulkan spekulasi banyak pihak di dunia.
Lembaga-lembaga dunia banyak memberikan kemudahan dalam
menyalurkan dananya ke negara berkembang, seperti di kawasan
Afrika dan Amerika Latin, untuk ‘pembangunan desa’, dan ‘perbaikan
pasar desa’. Kontradiksi antar lembaga dunia kadang muncul.
Ketidakseimbangan antara investor dengan penerima memperburuk
kondisi yang menghasilkan ketidaksetaraan dalam kesepakatan atas
tanah, dimana yang beruntung investor sedangkan tuan rumah
yang menanggung resiko lebih banyak. Banyak negara yang merasa
terkunci dalam kesepakatan yang terbatas dalam jangka waktu yang
panjang. Mereka tidak bisa berbuat banyak guna mendapatkan
kompensasi yang layak. Hal-hal di atas merupakan justiikasi yang
efektif untuk melakukan land grab secara logis (halus). Namun,
setidaknya terdapat ‘krisis narasi’ yang mengasumsikan bahwa land
grab merupakan solusi atas krisis pangan, energi, dan iklim sehingga
diperkenankan mendayagunakan tanah yang disebut dalam kondisi
‘tersedia, kosong dan terlantar’ di seluruh dunia. Beberapa hal yang
perlu dilihat dalam keenam tren di atas adalah; a) adanya ekspektasi
yang tidak realitis, di mana produksi tinggi diharapkan terjadi dalam
kondisi infrastruktur, suplai input dan jaringan pasar yang ‘marjinal’;
b) yang dimaksud dengan tanah yang ‘tersedia’ dalam kenyataannya
merupakan tanah yang sedang didayagunakan oleh pihak lain baik
langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan rumah tangga,
usaha kecil, padang rumput, maupun areal ladang berpindah; dan
c) mengabaikan pengalaman kegagalan upaya produksi serupa yang
pernah dilakukan dengan cara-cara modern namun mengalami
kegagalan dalam implementasinya, seperti kasus irigasi di Sudan
dan program kacang tanah di Senegal atau Tanzania.
(
Dampak land grab tergantung pada inklusiitas term of
inclusion) yaitu sejauh mana upaya politik-ekonomi terhadap pola
penutupan dan sistem ketenagakerjaan yang berlaku. Sejauhnmana
proses politik lokal mempengaruhi upaya mengakses dan
mengendalikan tanah dan proses produksi sistem baru itu. Seberapa
kuat interaksi antara regulasi, kekuasaan, pasar dan legitimasi yang
bisa menyebabkan penduduk terlempar atau bertahan atas tanahnya.
Akses dan kepemilikan bukan hanya persoalan predikat atau