Page 163 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 163

138   Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


            taktik  paksaan, termasuk  ancaman  mengurangi jumlah  ganti rugi
            yang seharusnya  diberikan. Protes  yang dilakukan  masyarakat,
            penggunaan  kekuatan  polisi dan  upaya  suap  serta  pemecahan
            komunitas, merupakan fakta nyata bahwa akuisisi dilakukan tanpa
            memaknai sepenuhnya prinsip informed consent. Banyak masyarakat
            yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah menerima ganti rugi
            secara  penuh  karena  korupsi dan  uang yang dikantongi petugas.
            Perumahan   untuk  resettlement  yang dijanjikan  tidak  pernah
            dipenuhi dan masih sangat meragukan, sementara janji memberikan
            dana  pembangunan   desa  tidak  pernah  datang. Kasus  Polepally
            menunjukkan bahwa proses akuisisi tanah di atas kertas seringkali
            menyimpang dalam   praktiknya, baik  korupsi atau  praktik-praktik
            diskriminasi di tingkat lokal. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada
            resep  ganti rugi yang cukup  untuk  menggantikan  dampak  negatif
            baik ekonomi, sosial, dan kesehatan dari hilangnya tanah.
                Pengambilan  tanah  secara  paksa  untuk  pembangunan  SEZ  pada
            kenyataannya  menimbulkan  dampak  tidak  hanya  pada  keluarga-
            keluarga yang kehilangan tanah tetapi juga masyarakat yang lebih luas.
            Hal ini berdampak pada ekonomi lokal, sosial, lingkungan, ketahanan
            pangan  dan  kesehatan. Dampak  ekonomi yang muncul antara  lain
            hilangnya  tanah-tanah  pertanian, hilangnya  sumber  air  dan  sumur-
            sumur, hilangnya  kandang-kandang ternak, hilangnya  sumber  pakan
            ternak, hilangnya  pepohonan, penjualan  alat-alat  pertanian  yang
            menjadi tidak  bernilai sejak  tidak  memiliki tanah  (bajak, gerobak,
            penugal), meningkatnya  jumlah  pengangguran  (minimnya  keahlian
            di luar sektor pertanian, akhirnya mencari pekerjaan non-farm seperti
            tukang cukur, tukang cuci, atau buruh bangunan di SEZ), meningkatnya
            jumlah  migrasi, meningkatnya  jumlah  pekerja  anak. Sementara  itu
            dampak pada ketahanan pangan antara lain pangan sangat tergantung
            pada pasar di mana untuk mendapatkannya membutuhkan uang tunai
            yang cukup banyak, akibatnya mereka tidak bisa memperoleh pangan
            dalam jumlah dan kualitas yang cukup terutama bagi perempuan dan
            anak-anak, banyak anak-anak yang kekurangan gizi. Dampak terhadap
            lingkungan adalah munculnya polusi. Sumber air minum dari pompa
            tercemar, penduduk  harus  mengkonsumsi air  mineral yang dijual
            para  pedagang dari Jadcherla. Polusi air  juga  menyebabkan  banyak
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168