Page 164 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 164

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  139


              ternak mati. Dampak  terhadap kesehatan terlihat dari tingginya angka
              kematian  termasuk  bunuh  diri dan  meningkatnya  penyakit  kronis
              seperti migran, susah tidur, sesak nafas, yang kesemuanya sebenarnya
              merupakan penyakit psikomatis dan berkaitan dengan stress. Beberapa
              penyakit  terjadi karena  ketidakmampuan  masyarakat  mendapatkan
              uang untuk  berobat. Tingginya  tingkat  kematian  juga  terjadi karena
              shock  dan  dampak  psikologis  dari akuisisi tanah  seperti serangan
              jantung, stroke, serta beberapa bentuk depresi yang akhirnya berujung
              pada bunuh diri. Banyak wanita yang menjadi janda karena banyak laki-
              laki dan  pemuda  yang meninggal karena  kehilangan  harapan  untuk
              menopang keluarga  mereka. Kematian  terjadi karena  mereka  tidak
              mampu memberi makan anak-anaknya lagi, kekerasan yang dilakukan
              oleh  polisi maupun  tekanan  yang dilakukan  oleh  debt collector  yang
              memaksa mereka untuk segera melunasi hutang. Dampak sosial terlihat
              pada  perempuan  di mana  mereka  harus  bekerja  lebih  berat  untuk
              memenuhi kebutuhan, menjadi kepala   keluarga  karena  suaminya
              meninggal, memiliki peran  baru  sebagai manajer  keuangan  keluarga,
              meningkatkan kekerasan terhadap perempuan karena frustasi.
                  Kasus Polepally menunjukkan bahwa pembangunan SEZ telah
              menyebabkan masyarakat terusir secara paksa dari tanah-tanahnya.
              SEZ telah menghancurkan kehidupan sosial dan menimbulkan friksi
              di dalam  komunitas  serta  mengikis  sistem  kehidupan  komunitas.
              Desa  terbelah  karena  permainan  politik  yang dilakukan  politisi
              dan  kasta. Penghargaan  tradisional kepada  pimpinan  komunitas
              terkikis, karena kecurigaan dan prasangka pada sesepuh mereka yang
              faktanya juga memiliki jaringan terselubung dengan para manager
              SEZ. Para  sesepuh  ini dianggap  menerima  suap  dari para  manajer
              SEZ untuk mengkhianati perjuangan/resistensi masyarakat. Banyak
              sesepuh yang merasa ditinggalkan. Pimpinan-pimpinan kolektif ini,
              tidak lagi diakui otoritasnya.



              (DWP)
              Keterangan: Artikel tersedia di  perpustakaan Konsorsium Pembaruan
              Agraria (KPA) – Jakarta.
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169