Page 167 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 167
142 Dwi Wulan Pujiriyani, dkk
penghuni rumah-rumah semi permanen di sekitar danau. Ancaman
pada komunitas nelayan mencakup komersialisasi pembangunan
kawasan wisata dan aquaculture.
Hasil penelitian juga menemukan bahwa lemahnya pengaturan
sumber daya pantai menjadi salah satu pemicu. Hukum-hukum
mengenai pengelolaan sumber daya kawasan pantai tertulis dengan
sangat baik di atas kertas, fakta implementasinya oleh agen
nasional dan otoritas lokal seringkali berbenturan dengan wilayah
kekuasaan hukum, dan bias dengan ketertarikan pada keuntungan
investasi daripada perhatian kehidupan komunitas nelayan.
Lemahnya peraturan dan prosedur yang ada terlihat dari reklamasi
dan penutupan hutan mangrove, pantai dan danau yang banyak
dilakukan secara illegal.
(DWP)
Keterangan: Artikel tersedia di perpustakaan Konsorsium Pembaruan
Agraria (KPA) – Jakarta.
II.5. Da Vià, Elisa. 2011. “The Politics of ‘Win-Win’ Narratives:
Land Grabs as Development Opportunity?”, artikel dalam
International Conference on Global Land Grabbing 6-8 April
2011. Land Deals Politics Initiative (LDPI). Journal of Peasant
dan University of Sussex.
Kata Kunci: perampasan tanah, investasi, pembangunan, win-win
solution
Politik narasi “win-win” dalam perampasan tanah mereleksikan
suatu upaya melegitimasi kembali model spesiik dari pengembangan
pertanian yang dibawa tiga dekade neoliberalisme. Perlu dicatat
bahwa model ini mendorong kebijakan yang digerakkan menuju
konsentrasi kekuatan korporasi pada sistem pangan, ekspansi rantai
nilai (value chain), komodiikasi tanah dan buruh dan penghapusan
intervensi publik, misalnya pengendalian harga dan subsidi
terhadap produksi rumah tangga. Berangkat dari dinamika ekspansi
kapitalisme internasional dan spekulasi inansial, model neoliberal