Page 168 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 168

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  143


              ini secara  konsisten  mempromosikan  investasi pertanian  sebagai
              komponen inti pertanian dan restrukturisasi ekonomi pada negara-
              negara  Selatan. Dengan  memperhatikan  kecenderungan  tersebut,
              apa yang dipromosikan sebagai “is  not  agricultural  development,
              much  less  rural  development,  but simply agribusiness development”
              (GRAIN 2008), atau  apa  yang dimaksud sebagai pengembangan
              pertanian,  kurang  lebih  pembangunan    pedesaan,  hanyalah
              pengembangan bisnis pertanian.
                  Berbeda  dengan  peran  utama  aparat  pembangunan  dalam
              merespon   krisis  inansial dan  pangan  di tahun  2008,  formulasi
              kebijakan   dan   mekanisme    inansial     telah  memungkinkan

              keuntungan bagi korporasi melalui transfer hak kepemilikan tanah
              secara masif, tetapi mengancam ketahanan pangan dan kemiskinan
              pedesaan. Lebih lanjut, tidak ada sesuatu yang lebih “bisa diterima
              secara sosial” (socially acceptable) atau berorientasi pembangunan
              (development-oriented) pada  perampasan  tanah  sejauh  ini kecuali
              suatu  proses  penyangkalan  tanah  komunitas, penghancuran
              kehidupan  sehari-hari, mempercepat  kehancuran  ekologis, dan
              reduksi kebijakan publik mengenai ruang politik untuk petani, dan
              distorsi pasar demi peningkatan konsentrasi kepentingan agribisnis
              dan  perdagangan  global dibandingkan  keberlanjutan  produksi
              petani dan produksi rumahtangga bagi pasar lokal maupun nasional
              (GRAIN, 2010c). Apabila investasi pertanian memang suatu hal yang
              vital, sebagaimana  digarisbawahi oleh  Olivier  De  Schutter  (2009),
              dari the United Nations Special Rapporteur on the Right to Food, maka
              isunya bukan hanya sekedar meningkatkan alokasi anggaran untuk
              pertanian, atau  mempromosikan  akusisi tanah  sebagai mesin  bagi
              aliran modal, melainkan lebih sebagai pilihan model pengembangan
              pertanian  yang berbeda  yang memiliki dampak  dan  keuntungan
              bagi banyak kelompak yang berbeda pula.

                  Berangkat   dari rasionalitas  mekanisme  pasar  neoliberal,
              solusi bagi moving  beyond  the  mechanisms  of  neoliberal  market
              rationality,  metode partisipasi yang demokratik sangat dibutuhkan
              sebagai solusi  bagi pengaruh  struktural rezim  korporasi pangan.
              Dari sana, dimungkinkan   adanya  reformasi redistribusi tanah,
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173