Page 242 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 242
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 217
yang rendah seperti peladangan berpindah, penggembalaan, berburu
dan meramu serta aktivitas lainnya tidak pernah diperhitungkan.
Kedua, mitos tidak bekerjanya land reform. Fakta ideologi dan
politik menggambarkan bahwa land reform tidak bekerja, faktanya
cerita sukses landrefom termasuk di Indonesia, Malaysia, Thailand
dan China, sektor pertanian mereka semua didominasi oleh oleh
pertanian yang dioperasionalisasikan dalam skala rumah tangga.
Ketiga, mitos tentang proyek tanah yang baru difokuskan pada
tanah-tanah marjinal. Faktanya investor menargetkan tanah-tanah
yang memiliki kualitas terbaik. Mereka mencari tanah yang memiliki
akses sumber air, subur, dan memiliki infrastruktur yang dapat
mendekatkan mereka dengan pasar, sehingga bisa memfasilitasi
upaya mereka memperoleh keuntungan. Keempat, mitos bahwa
proyek yang dijalankan akan membantu mewujudkan ketahanan
pangan dan ketahanan energi. Faktanya mayoritas aktivitas pertanian
yang didasarkan pada perjanjian tanah (land deals) digunakan untuk
memenuhi kebutuhan ekspor termasuk bahan bakar nabati. Biaya
untuk memproduksi biofuel ini sangat mahal, sehingga kenyataannya
bahan mentah ini diekspor ke pasar Eropa. Kelima, mitos tentang
proyek akan membuka lapangan pekerjaan. Faktanya tenaga kerja
lokal tidak dilibatkan dan absen dari proses kontrak yang terjadi.
Keenam, mitos bahwa proyek akan mendatangkan penghasilan
dari pajak. Faktanya pendapatan pajak biasanya hanya dibayarkan
ketika proyek investasi menguntungkan. Meskipun pemerintah tuan
rumah tidak memberikan pajak keuntungan melalui insentif pajak,
seringkali kapasitas mengatur dan memonitor investasi sangat
lemah, memaksa semua berjalan sesuai kontrak dan mengumpulkan
pajak-pajak yang seharusnya dibayarkan. Dalam konteks ini, land
grab menjadi semacam kutukan sumber daya, di mana masyarakat
lokal kehilangan sumber penghidupan dan bahkan kehidupan
mereka. Pengalaman ini terekam nyata dalam kasus di Sudan
Selatan (proyek biofuel, pertanian dan kehutanan); Uganda (hutan
karbon), Indonesia (ekspansi sawit di Sanggau, Kalbar), Honduras
(perkebunan sawit), Guatemala (produksi etanol-tebu dan biodiesel-
sawit). Dalam kasus-kasus ini, ribuan orang dipaksa memberikan
tanahnya dalam sebuah perjanjian yang tidak transparan (kasus