Page 246 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 246

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  221


              atas tanah dan sumber air untuk pertanian. Dalam konteks perubahan
              ekonomi global, sektor  pertanian  dipandang membutuhkan  lebih
              banyak investasi. Ini disebabkan adanya kebutuhan untuk membangun
              daerah pedesaan dan kemampuan iskal pemerintah negara berkembang
              untuk  menyediakan  suntikan  modal. Disinilah  akuisisi tanah  berskala
              luas  dilihat  sebagai kesempatan  meningkatkan  investasi pertanian.
              Sebagian melihat secara pesimis karena akuisisi tanah mengancam mata
              pencahatian masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.
                  Secara  khusus  Brown  menyoroti status-status  kesepakatan
              yang terjadi. Fakta  menunjukkan  bahwa  detail status  kesepakatan
              tetap  buram. Sulit  ditemukan  contoh  dokumen  (kesepakatan).
              Beberapa laporan bersifat kontradiktif. Kurangnya tranparansi inilah
              yang dianggap  Brown  sebagai sumber  persoalan  yang membatasi
              keterlibatan  masyarakat  sipil dalam  proses  negosiasi, implementasi
              kesepakatan, serta  kemampuan  stakeholder  lokal dalam  merespon
              tantangan dan kesempatan baru. Beberapa contoh laporan mengenai
              akuisisi tanah  berskala  besar  oleh  berbagai investor  yang berbeda
              menunjukkan   beberapa  kategori status  investasi yang dilakukan
              seperti penandatangan   perjanjian  (deal  signed), penghentian
              kesepakatan  (deal  blocked), pengajuan  (requested), dan  dalam
              pelaksanaan  (under implementation). Kondisi serupa  inilah  yang
              kemudian memunculkan kesenjangan antara investor dan komunitas
              lokal. Perusahaan asing memiliki daya tawar yang lebih tinggi, apalagi
              ditambah  dukungan  pemerintah  dan  elit-elit  lokal. Masyarakat
              pada akhirnya berhadapan dengan aktor nasional dan internasional
              yang sangat  kuat. Relasi kuasa  yang tidak  seimbang ini membuat
              kehidupan kelompok  miskin  menjadi semakin  rentan. Kesenjangan
              dalam posisi tawar ini misalnya terjadi ketika tanah yang digunakan
              untuk  investasi  tidak  memiliki  sertiikat  resmi,  dan  penguasaannya
              hanya  didasarkan  pada  ketentuan  adat. Pada  akhirnya  kelompok
              miskin  seringkali harus  menghadapi resiko  keluar  dari tanahnya,
              tanpa  kompensasi dan  konsultasi sebelumnya. Tanah  juga  selalu
              hadir dengan isu politis seperti landreform dan hak-hak tanah yang
              seringkali  memicu  konlik.  Ditambah  lagi  masuknya  aktor  lain
              yang bersaing untuk  memperebutkan  sumber  daya  yang terbatas
              ini, pada  akhirnya  menyebabkan  ketidak-stabilan  politik  di negara
   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251