Page 243 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 243

218   Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


            Indonesia), atau diusir keluar dari tanah dan rumah mereka (kasus
            Uganda, Guetemala dan Honduras).
                Masyarakat  berharap  agar  pemerintah  memastikan  investasi
            benar-benar  diperjuangkan  untuk   kepentingan  terbaik  dan
            melindungi mereka    dari praktik  penyalahgunaan. Faktanya
            pemerintah tetap membiarkan land grab terjadi. Pemerintah tidak
            memiliki kekuasaan  mengatur   transaksi agar  berjalan  dengan
            menghormati prinsip  FPIC. Pemerintah  sering gagal memastikan
            pemegang hak untuk bisa bernegosiasi. Dalam kasus yang disajikan
            di paper  ini, negosiasi tidak  dijalankan  atau  dimandatkan  oleh
            pemegang hak   tetapi oleh  pimpinan  lokal atau  otoritas  lokal/
            nasional. Pemegang hak  seringkali tidak  memperoleh  informasi
            yang proporsional, sehingga  mereka  bisa  ambil bagian  dalam
            proses  negosiasi. Banyak  terjadi benturan  antara  hukum  adat  dan
            hukum  perundang-undangan, terkadang negara   menerjemahkan
            aspek-aspek hukum adat dalam hukum formal, tetapi tidak berarti
            kemudian  bahwa  hukum  ini diterapkan. Pemilik  tanah  seringkali
            tidak  mempunyai pilihan  lain  kecuali setuju. Mereka  seringkali
            mendapat  ancaman, baik  kekerasan  pengadilan  maupun  negosiasi
            yang berlangsung. Pemilik tanah biasanya sadar kalau hak mereka
            atas  tanah  lemah, pengadilan  yang korup  dan  tidak  efektif  serta
            tekanan  polisi maupun  preman-preman   sewaan  memposisikan
            mereka sebagai pihak yang tidak berdaya.

                Sementara  itu  di level internasional, seharusnya  ketika
            mekanisme   di level daerah   dan  nasional gagal, instrumen
            internasional harus  tetap  eksis  untuk  mencegah  praktik-praktik
            yang menyimpang dan tidak bertanggung jawab. Tetapi faktanya; 1)
            instrumen hak asasi manusia, seringkali gagal untuk menyediakan
            mekanisme  yang praktis  dan  efektif  bagi individu-individu  dan
            komunitas  untuk  mengendalikan  perusahaan  dan  pemerintah; 2)
            prinsip  operasi bisnis  (protect, respect and remedy) tidak  berjalan,
            perilaku  korporasi sangat  jauh  dari pemenuhan  kewajiban  yang
            terangkum  dalam  prinsip-prinsip  ini; 3) pemerintah  tuan  rumah,
            investor  seringkali mengambil keuntungan  dari pemerintahan  di
            level nasional yang lemah  untuk  bisa  memperoleh  tanah. Untuk
   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248