Page 315 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 315

290   Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


            perkebunan. Dari ketiga  skenario  yang ada  terlihat  adanya  retorika
            proyek  dengan  apa  yang senyatanya  dilaksanakan. Dalam  ketiga
            skenario  terlihat  beberapa  karakteristik  antara  lain  batasan  politik,
            ekonomi dan budaya, perbedaan waktu, skala, serta mode tranformasi.



            (DWP)
            Keterangan: Artikel ini dapat diunduh di www.future-agricultures.org.

            IV.28.  Mc.Charty, et all. Trajectories of  Land Acquisition and
            Enclosure:  Development  Schemes,  Virtual  Landgrabs  and
            Green Acquisitions in Indonesia’s Outer Islands. The Journal
            of Peasant Studies Vol 39, No. 2, April 2012, 521-549.

            Kata kunci: Indonesia, akuisisi tanah, sawit, jarak, hutan karbon



                Kajian  ini membahas  proses  akuisisi tanah  di Indonesia  yang
            dikaitkan  dengan  skema  pembangunan, virtual land grabbing  dan
            green aquisition. Ada  4 hal yang menjadi fokus  penelitian  yaitu
            padi, minyak  sawit, jarak  dan  hutan  karbon. Argumen-argumen
            yang dimunculkan   dalam  tulisan  ini adalah  mempertanyakan
            tingkatan  di mana  ‘land grab’ mampu  menjawab  agenda  ‘hijau’
            dan  ketahanan  pangan; meletakkan  rencana  pembangunan  dalam
            konteks sejarah yang lebih panjang; menunjukan bahwa landscape
            pedesaan  ditandai dengan  tumpang tindih  klaim  tanah; serta
            mempaparkan   keterlibatan  para  aktor  dalam  proses  akuisisi tanah
            yang dilakukan tanpa melalui prosedur hukum yang baku dan tanpa
            berniat memanfaatkan tanah yang telah diperolehnya sesuai dengan
            perencanaan atau izin yang diberikan oleh pemerintah.
                Dengan  menggunakan  pendekatan  aktor, tulisan  ini berupaya
            mengeksplorasi gap antara perencanaan dan implementasi. Banyak
            terjadi kesepakatan investasi yang telah dibuat, pada kenyataannya
            tidak  direalisasikan, atau  hanya  sebagian  yang direalisasikan. Hal
            inilah  yang kemudian  diistilahkan  penulis  sebagai ‘virtual land
            grab’. Dibalik proses akuisisi tanah yang tidak jelas, terdapat agenda
            untuk memperoleh subsidi, pinjaman bank, dengan menggunakan
            sertiikat  tanah  sebagai  jaminan,  atau  berspekulasi  di  masa
   310   311   312   313   314   315   316   317   318   319   320