Page 319 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 319
294 Dwi Wulan Pujiriyani, dkk
tanah ‘marginal’ (degraded) menjadi zona produksi biofuel. Investasi
untuk mendukung biofuel, diharapkan dapat menghasilkan energi
terbarukan, menciptakan lapangan kerja, dan berkontribusi pada
pengurangan kemiskinan. Investasi untuk pengembangan buah
jarak dilakukan di Sumba Tengah, NTT yang sebagian tanahnya
dikategorikan sebagai ‘tanah kosong’ (empty land). Tanah di wilayah
ini dikategorikan marginal dan tidak cocok untuk dikembangkan
menjadi lahan pertanian produktif karena memiliki tingkat
kesuburan yang rendah dan tidak memiliki cukup air. Rencana
pengembangan jarak pada kenyataannya hanya merupakan upaya
untuk memperoleh subsidi. Para aktor yang terlibat dalam program
jarak ini tidak pernah benar-benar mengembangkan jarak dan
memproduksi biofuel. Mereka hanya berniat untuk memperoleh
subsidi. Ada banyak wujud subsidi yang diincar seperti program
pengembangan agribisnis, subsidi infrastruktur, pengurangan pajak
berkaitan dengan investasi biofuel, program pelatihan pendukung
dan peningkatan anggaran. Konsekuensinya banyak aktivitas yang
kemudian lebih berkaitan dengan lembaga pemerintah dan rantai
subsidi. Keterkaitan antara rencana akuisisi tanah, izin peruntukan,
dan pinjaman bank menjadi rasionalitas kedua dari virtual grabbing.
Pola pengembangan perkebunan yang dapat dijumpai dalam
pengalaman di Sumba yaitu; 1) pemerintah mensosialisasikan ide
tentang jarak tanaman baru (pelibatan perusahaan asing sebagai
investor); 2) fase implementasi terbatas (pengeluaran izin lokasi,
inisiasi kegiatan oleh perusahaan, pembangunan infrastruktur,
pelibatan masyarakat lokal sebagai pekerja, penanaman jarak);
3) fase pernyataan kegagalan (setelah beberapa tahun, aktivitas
berakhir, manajer perusahaan mengumumkan bahwa lokasi tidak
cocok untuk pengusahaan perkebunan, masyarakat lokal tidak
mau bekerjasama, perusahaan mengalami masalah keuangan dan
anggaran perkebunan digunakan untuk tujuan lain, perusahaan
menghilang). Fenomena jarak hadir bersamaan dengan melejitnya
harga di pasaran global yang pada kenyataannya justru diimbangi
dengan investasi yang tidak pernah direalisasikan. Sebagai bagian
dari agenda pembangunan, yang justru hadir adalah agenda
pemanfaatan izin untuk memperoleh subsidi.