Page 338 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 338

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  313


              lahan  pantai di Indonesia, studi ini mengangkat  kasus  lahan
              pantai di Kulonprogo yang ternyata juga menjadi salah satu target.
              Secara  khusus, studi ini memaparkan   proses  dan  mekanisme
              proyek  pengambilalihan  tanah  di Kulonprogo, Yogyakarta  dengan
              memberikan penekanan pada bagaimana proyek penambangan pasir
              dirancang, dan dilegitimasikan dengan perhatian khusus pada Sultan
              Yogyakarta  yang memiliki berbagai peran  yang saling berkaitan
              sebagai gubernur, raja feodal dan patron, serta pelaku bisnis. Selain
              itu, tulisan ini juga menyajikan gerakan perlawanan yang dilakukan
              oleh  para  petani terhadap  pengambilalihan  tanah  yang terjadi.
              Penulis  menggunakan  konsep  ‘commoning’  dari De  Angelis  untuk
              menjelaskan dinamika yang terjadi dimana dalam kasus ini proses
              untuk  memproduksi dan  mengelola  ‘the common’  ditantang oleh
              berbagai kepentingan  dan  dinamika  modal untuk  mengakumulasi
              dan membangun serta menemukan kawasan-kawasan baru.
                  Ada  beberapa  hal yang dibahas  dalam  tulisan  ini yaitu  potret
              petani lahan pasir komunal di Yogyakarta, kendali modal dalam krisis
              kekuasaan yang memuluskan pengambilalihan tanah serta gerakan
              tandingan  melawan  pengambilalihan  tanah. Pada  bagian  kendali
              modal, beberapa  aspek  yang menjadi sorotan  adalah: kolonisasi
              kawasan  pinggiran  dan  pembangunan  Jawa  bagian  selatan, politik
              pengabaian  dan  penyembunyian, klaim  hak  hukum  pada  tanah
              melalui reorganisasi kekuasaan  serta  peran  khusus  dari kekuasaan
              lokal.

                  Bagian  awal tulisan  dimulai dengan   mendemonstrasikan
              inisiatif  petani dalam  memproduksi dan    mereproduksi ‘the
              commons’, dalam   terminologi bagaimana  mereka  menciptakan
              pertanian  lahan  pantai, meredistribusi tanah  diantara  mereka,
              menciptakan sistem lelang lokal dan membagikan pengetahuan dan
              pengalaman  untuk  banyak  orang di wilayah  pantai. Produksi dan
              reproduksi ‘the commons’ ini ditantang oleh berbagai kepentingan
              yang semakin memperdalam relasi sosial kapital yang terjadi melalui
              pembangunan   Jawa  bagian  selatan  dan  jalan  lingkar  selatan  Jawa,
              penyebaran politik penghilangan dan pengabaian serta reorganisasi
              kekuasaan dominan di Yogyakarta yang disebut sebagai kekuasaan
   333   334   335   336   337   338   339   340   341   342   343