Page 340 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 340
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 315
yang selama ini harganya sangat ditentukan oleh ekskalasi pasar
internasional. Rencana pengembangan konsesi tambang pasir besi
akan mencakup lahan seluas 3000 hektar dimana didalamnya
terdapat 8 desa dan lahan pertanian yang telah digarap oleh ribuan
petan selama bertahun-tahun.
Mengacu pada kerangka Karl Polanyi tentang ‘double movement’,
tulisan ini dibagi dalam 3 bagian. Bagian pertama memberikan
latarbelakang sejarah tentang kontrol feodal Sultan terhadap tanah
dan ekspansi industri gula Belanda di wilayah ini dan kemudian
mendeskripsikan proses-proses inovasi kelembagaan skala
mikro dalam proses klaiming petani pada ‘the common’ atau aksi
komunal dan keberhasilan teknik mereka dalam mengembangkan
teknik untuk pertanian produktif pada tanah yang baru saja
diklaim. Bagian kedua mendeskripsikan munculnya koalisi antara
pemerintah lokal dan regional dan pemodal domestik dan asing,
mencakup dua kasultanan di Yogyakarta yang sangat berpengaruh,
untuk merancang, memungkinkan, melegimitasi dan memuluskan
proyek pengambilalihan lahan ini. Bagian ketiga dan terakhir, studi
ini mendeskripsikan gerakan perlawanan yang dilakukan oleh para
petani yang berupaya untuk mempertahankan diri mereka dari
pembatasan yang mengancam eksistensi mereka.
Pada bagian akhir, penulis menyajikan potret perjuangan petani
atas rencana pengambilalihan tanah-tanahnya yang terus berjalan.
Terdapat upaya untuk memperluas dan menggemakan perjuangan,
namun pada kenyataannya upaya ini mendapat tantangan dari
perencanaan proyek penambangan yang berlangsung dengan
sangat cepat. Masa depan perjuangan dikatakan akan bergantung
pada bagaimana para petani ini berjuang untuk kedaulatan tanah
dan kebijakan agraria sebagai nodal point (titik simpul) untuk
perjuangan-perjuangan yang lain.
(DWP)
Keterangan: Artikel ini dapat diunduh di www.cornell-landproject.
org