Page 81 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 81
56 Dwi Wulan Pujiriyani, dkk
memunculkan pertanyaan tentang bagaimana strategi-strategi ini,
dalam beberapa kasus, membuka kemungkinan untuk memfasilitasi
pengambilalihan (tanah).
Uraba adalah potret kasus yang dibahas dalam tulisan ini.
Uraba secara virtual menjadi mikrokosmos dari dinamika persoalan
pembangunan dan konlik tanah yang diidentiikasi oleh Bank Dunia.
Wilayah ini juga menjadi kunci utama dari kapal-kapal penyelundup
dan mesiu dari Amerika Tengah. Kasus Uraba mencuat pada tahun
2007 ketika paramiliter memprotes salah satu pimpinannya yang
dimasukkan ke penjara akibat keterlibatannya dalam proyek wisata
alam (ecotourisme) di bagian barat laut Colombia. Akibat persoalan
ini, selama setahun, paramiliter melakukan kekerasan pada jutaan
petani, memaksa mereka keluar dari tanah-tanah pertaniannya,
mengambil alih tanah-tanah yang kosong untuk memperoleh kontrol
wilayah, melakukan pencucian uang dan memperoleh keuntungan
khususnya melalui agribisnis. Dalam kasus ini, paramiliter
bekerjasama dalam proyek wisata alam untuk pengembangbiakan
satwa langka (kura-kura laut - Demochelys coriacea).
(DWP)
Keterangan: Artikel ini dapat diunduh di www.cornell-landproject.org
I.11. Benjaminsen, Tor A, et all. 2011. “Conservation and Land
Grabbing in Tanzania”. Artikel dalam International Conference
on Global Land Grabbing 6-8 April 2011, Land Deals Politics
Initiative (LDPI), Journal of Peasant dan University of Sussex.
Kata Kunci: Tanzania, perampasan tanah, REDD, konservasi, zonasi
Dalam tulisan ini Benjaminsen membahas konservasi alam di
Tanzania yang telah memicu berbagai bentuk land grabbing. Isu
konservasi yang dimunculkan mencakup perlindungan keragaman
hayati, konservasi berbasis masyarakat, penghijauan, penghutanan
kembali, dan juga proyek perlindungan hutan untuk mengatasi
perubahan iklim (REDD). Istilah land grabbing dipilih untuk
menggambarkan proses diusirnya petani kecil terusir dari tanah-