Page 103 - Berangkat Dari Agraria
P. 103

80   Berangkat dari Agraria:
                  Dinamika Gerakan, Pengetahuan dan Kebijakan Agraria Nasional

             Perlu harmonisasi
                 Presiden  mengamanatkan percepatan reforma agraria sebagai
             agenda utama Menteri ATR baru. Setelah pelantikan, Hadi Tjahjanto
             merinci  amanat  spesifik Presiden kepadanya,  yakni  percepatan
             penyelesaian  konflik  agraria,  percepatan  sertipikasi  tanah rakyat,
             dan percepatan penyediaan tanah untuk Ibu Kota Nusantara.
                 Mengingat  tujuan  reforma agraria adalah  mempersempit
             ketimpangan penguasaan dan kepemilikan tanah serta meningkatkan
             akses ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Evaluasinya, belum
             berjalan optimal. Pemerintah perlu menanggalkan ego sektoral yang
             ditenggarai menjadi kendala dalam percepatan reforma agraria.
                 Kasus ego sektoralisme adalah pada percepatan legalisasi tanah
             di  wilayah  pesisir.  Latar belakang  kenyataan  sosial  dari begitu
             banyaknya masyarakat di daerah yang hidup dan tinggal di daerah
             pesisir, termasuk yang bertempat tinggal di atas perairan. Contohnya,
             penerbitan  sertifikat hak  atas  tanah Suku Bajo  yang  tinggal  di
             Wakatobi  realisasinya sempat  terhambat  ego sektoralisme.  Proses
             penerbitan  hak atas  tanah di  wilayah  pesisir  yang  terhalang ego
             sektoralisme ini menyumbat reforma agraria. Kesepakatan Menteri
             ATR dengan Menteri Kelautan dan Perikanan dapat melancarkan
             legalisasi tersebut.

                 Ego sektoralisme  juga ditengarai  terjadi pada penataan  tanah
             di  dalam kawasan hutan. Konflik  agraria  di kawasan hutan  dan
             rumitnya pelepasan kawasan hutan untuk jadi obyek reforma agraria
             telah menjadi fenomena berkelanjutan, walau menteri bisa sering
             berganti.  Ego  sektoralisme  agraria  bersumber pada regulasi  yang
             berbeda antara pertanahan dan kehutanan. UU No 5/1960 tentang
             Pokok-pokok Agraria  sebagai  legislasi  yang  mengatur pertanahan
             dan sumber-sumber agraria, mesti menghadapi UU 41/1999 tentang
             Kehutanan. Ketika kedua  rezim birokrasi ini  yang  punya  sistem
             administrasi sendiri  bertemu di lapangan, sering kali  berhadapan
             dan saling menegasikan.
                 Untuk itu, perlu harmonisasi di tataran legislasi dan regulasi
             pertanahan dan  kehutanan agar ego  sektoralisme agraria  bisa
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108