Page 129 - Berangkat Dari Agraria
P. 129

106  Berangkat dari Agraria:
                  Dinamika Gerakan, Pengetahuan dan Kebijakan Agraria Nasional
             telah terbit untuk 476.113 KK, luas total 2.007.557 Ha, termasuk di
             dalamnya pengakuan 27.950 Ha hutan adat milik masyarakat adat.

                 Yang  bolong,  pembangkitan ekonomi  di  lapangan agraria.
             Pembentukan  kelembagaan  ekonomi  rakyat untuk  menyambut
             redistribusi  dan  sertifikasi  tanah  masih  terbatas.  Sinergi  dengan
             Kementerian Pertanian,  dan Kementerian Koperasi  dan UMKM
             perlu dibangun. Secara strategis, capaian reforma agraria tidak boleh
             berhenti  pada membanyaknya jumlah  sertifikat  yang  dibagikan,
             atau pada  luas  tanah  yang  diredistribusikan,  melainkan pada
             bangkitnya ekonomi rakyat atas penguasaan dan pengusahaan tanah
             di pedesaan.
                 Ketika  capaian  reforma  agraria mulai kelihatan,  maka
             akselerasinya  menjadi  tantangan  bagi  pemerintahan  baru  hasil
             Pemilu 2019, terutama bagi presiden terpilih. *


             3.3.  Kontroversi RUU Pertanahan 33
                 Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat sedang tancap
             gas menyelesaikan RUU tentang Pertanahan. Beredar luas naskah
             RUU yang disusun atas inisatif DPR ini, yang isinya 15 bab dan 157
             ayat (tertanggal 22 Juni 2019). Isi RUU ini mencakup bab mengenai:
             Ketentuan umum; Hubungan negara, kesatuan masyarakat hukum
             adat dan orang dengan  tanah;  Hak atas  tanah;  Reforma agraria;
             Pendaftaran tanah; Pengadaan tanah dan bank tanah; Penyelesaian
             sengketa; Penataan dan pengendalian pertanahan; Penyidik pegawai
             negeri sipil; Profesi mitra kerja; Ketentuan pidana; Ketentuan lain-
             lain; Ketentuan peralihan, dan; Ketentuan penutup.
                 Penulis mencatat,  proses  penyusunan RUU  ini  terbilang
             panjang. Enam tahun lalu, saya pernah menulis artikel “Menggugat
             Urgensi RUU Pertanahan” (Kompas, 17/5/2013). Kini, gugatan senada
             kembali mengemuka. Kalangan gerakan sosial meminta pengesahan
             RUU Pertanahan ditunda mengingat banyak kelemahan. Pertama,
             RUU ini dinilai tidak menjamin hak rakyat atas tanah dan wilayah
             hidupnya.  Kedua, belum jelas  dan konsisten mengatur  reforma


             33   Kompas, 24 Juli 2019.
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134