Page 92 - Berangkat Dari Agraria
P. 92

BAB II  69
                                                   Realitas Panggung Politik Agraria
             yang menyimpanginya. Kini, UUPA berlaku  seiring komitmen
             Presiden Jokowi untuk menata struktur agraria yang timpang dan
             penuh konflik warisan masa lalu.

                 UUPA dirujuk  ketika disusun  regulasi operasional  reforma
             agraria. Kebijakan ini dipayungi Perpres No 86 Tahun 2018 yang telah
             berjalan tiga tahun. Upaya memperkuat kebijakan dan menyelesaikan
             konflik terus dilakukan. Redistribusi tanah dipercepat guna mengejar
             ketertinggalan dari legalisasi aset atau sertifikasi tanah gratis melalui
             Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.

                 Pemberdayaan  ekonomi masyarakat  setelah menerima  tanah
             dan sertifikatnya disambungkan sejumlah kementerian dan lembaga
             (K/L) serta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota secara sinergis.
             Penguatan Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) terus dilakukan
             oleh Menteri/Wakil Menteri ATR/ BPN bersama para gubernur dan
             bupati/walikota se-Indonesia.

                 Semua dinamika ini dimonitor Presiden melalui Tim Percepatan
             Penyelesaian Konflik  Agraria  dan Penguatan Kebijakan Reforma
             Agraria  tahun 2021  yang  dibentuk Kepala Staf Kepresidenan,
             melibatkan Menteri  ATR/Kepala BPN  dan Menteri  LHK,  serta
             pejabat eselon 1 dari 16 K/L, termasuk empat pimpinan CSO/LSM.


             Tantangan pelaksanaan
                 Perjalanan  reforma agraria  tak  lepas dari  dinamika.  Penulis
             mencatat lima isu krusial sebagai tantangan bagi reforma agraria.
             Pertama, keragaman visi pejabat di K/L. Perbedaan paradigma dan
             cara  berpikir  para  menteri  dalam  menangani  dan  menyelesaikan
             ketimpangan penguasaan tanah menjadi hambatan besar. Perbedaan
             visi pejabat ini merembet pada kerumitan birokrasi dalam kerja di
             lapangan. Sektoralisme atau egosektoral masih menjadi sandungan
             berat bagi realisasi reforma agraria.

                 Kedua, konsep ideal berhadapan dengan kerumitan teknokrasi
             pemerintahan. Reforma agraria yang secara konseptual lintas sektor
             dan multi aktor sulit disinkronisasi dan diharmonisasi dalam program
             dan kegiatan yang koheren dan konvergen. Rancangan teknokratis
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97