Page 122 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 122

Masalah Agraria di Indonesia

                dan Madura (1.619.023 ha), tidak semua dipergunakan.
                Konsesi tembakau yang lebarnya 261.000 ha, rata-rata hanya
                ditanami tiap tahun 15 á 20.000 ha, (yang paling lebar pena-
                naman tembakau pada tahun 1927 seluas 26.000 ha). Tanah
                konsesi lainnya untuk tanaman keras selebar 627.000 ha
                hanya 394.000 ha saja yang ditanami. Lainnya dijadikan tanah
                cadangan yang usianya sudah berpuluh-puluh tahun lamanya.
                    Mereka menguasai tanah seluas itu karena untuk pena-
                naman tembakau yang dijalankan dengan sistem rotasi
                (bergiliran) yang lamanya 8-9 tahun. Daerah onderneming
                seluas itu dibagi menjadi 8-9 bagian (persil) yang berganti-
                ganti ditanami tiap-tiap 8-9 tahun bergiliran. Seteleh selesai
                tembakau dipetik, tanahnya dipinjamkan kepada rakyat untuk
                ditanami tanaman lainnya yang berumur pendek (jagung,
                ketela, padi huma, dan palawija lainnya). Sesudah itu, tanah
                dibiarkan antara 6-7 tahun menjadi hutan belukar, hingga
                datangnya waktu untuk ditanami lagi. Jadi selama 8-9 tahun
                tanah itu hanya ditanami 1½ tahun untuk tanaman tembakau
                (terhitung dari mulai mengerjakan sampai selesai memetik),
                dan ½-1 tahun sebagai tanah jaluran ditanami oleh rakyat.
                Keberadaa tanaman tembakau yang tidak cukup luas memang
                disengaja untuk menjaga kualitas dengan menanam sedikit
                saja agar harganya jangan sampai merosot.
                    Pemakaian tanah semacam itu sungguh suatu kemewahan
                yang berlebih-lebihan, di samping rakyat yang sangat haus akan
                tanah. Tanah milik rakyat sangat kecil, rata-rata hanya 0,64 ha
                tiap-tiap keluarga. Di antaranya hanya 0,15 ha sawah, lainnya
                berupa ladang. Kepemilikan tanah di Sumatera Timur lebih kecil
                dari rata-rata kepemilikan tanah di Jawa yang sudah kecil itu
                (lk 0,8 ha, terhitung 0,30 ha sawah dan lainnya tanah kering).

                                                                   101
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127