Page 150 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 150
Masalah Agraria di Indonesia
akan gampang terikat dengan tanahnya daripada dengan
ikatan kontrak apapun juga. Maka dengan pemberian tanah
(dipinjami) itu terikatlah jiwa orang-orang Jawa itu. Mereka
tidak lagi ingin pulang ke Jawa, yang kebanyakan tanahnya di
sana sudah dijual. Demikianlah akal onderneming untuk
mengharapkan tetapnya kuli-kuli itu bekerja padanya selama-
lamanya.
Namun lambat-laun ternyata orang-orang sudah lepas
kontrak dan mendapat tanah untuk pertanian kembali menjadi
petani. Orang-orang ini, tidak lagi dapat dipastikan kedatangan-
nya di onderneming. Onderneming merasa kehilangan kuli
karena pemberian tanah itu. Lalu dicarilah akal untuk menda-
patkan kuli yang setia dan taat serta tidak mau meninggalkan
onderneming, yaitu dengan jalan memberikan hadiah (pin-
jaman) rumah dengan pekarangannya kira-kira seluas 1710
2
bau (700 m ) kepada kuli-kuli yang cakap, baik, dan sudah
bekerja sedikitnya 5 tahun. Dari pekarangannya itu mendapat
tambahan penghasilan, tetapi tidak memerlukan waktu yang
banyak untuk mengerjakannya. Sebagian besar waktunya ma-
sih dipergunakan untuk onderneming. Dia dapat mengadakan
perjanjian kerja seperti kuli-kuli lainnya, dapat datang bekerja
tertentu, mendapat upah yang sama. Dengan rumah dan tanah
yang kecil sebagai pinjaman itu dapat terikatlah jiwanya, terikat
dengan kampung halamannya yang baru, tidak ingin lagi pu-
lang Jawa, apalagi karena sudah berkeluarga. Tetapi karena
dari tanahnya itu tidak mendapat hasil yang cukup, masih
harus tergantung hidupnya dari onderneming. Terikat dengan
tanahnya yang kecil tetapi/dan masih tergantung hidupnya
dari onderneming itulah yang menjadikan mereka kuli yang
setia selama-lamanya.
129