Page 156 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 156

Masalah Agraria di Indonesia

                kepada desa dan dipegang oleh Lurah sebagai pemegang hu-
                kum desa itu. Terutama mengenai tanah untuk diberikan
                kepada orang lain yang belum mempunyai bagian tanah dan
                memerlukan tanah untuk penghidupannya.
                    Di Sumatera Barat ada tanah yang masuk “harta pusaka”
                yang dikuasai oleh suku, dan dengan izin kepala suku tanah
                itu boleh dikerjakan oleh orang dalam suku tersebut. Di sam-
                ping itu ada barang yang masuk “harta pencaharian” yang
                diberikan hak penuh kepada orang untuk memakainya. Tanah
                tidak boleh dipergunakan untuk sesuatu yang akan merugikan
                negeri dan tidak boleh dijual semaunya sendiri. Di daerah Yog-
                yakarta, jual beli tanah harus dengan pengesahan putusan
                desa.
                    Di sekitar Wonosobo ada, “tanah budo” dan desa yang
                memiliki kekuasaan atas tanah tersebut. Jika seorang petani
                penggarap sawah budo dapat diskors oleh desa dan tidak boleh
                menggarap tanah itu selama 2 tahun karena pelanggaran kesu-
                silaan, lalu haknya dapat dicabut sama sekali atas putusan
                desa. Ada lagi daerah yang mempunyai peraturan, kalau tanah
                tidak dikerjakan berturut-turut dalam 5 tahun, tanah itu kem-
                bali kepada desa, dan hilanglah hak orang yang semula menger-
                jakan.
                    Di daerah Jepara dahulu, desa mempunyai posisi yang
                kuat atas tanah norowito. Desa dapat menjual tanah norowito
                dengan putusan desa, sekalipun gogol yang bersangkutan
                (yang mengerjakan) itu keberatan. Hal semacam ini pernah
                terjadi penjualan tanah norowito kepada pabrik gula Rendeng.
                Uang penjualannya dibagikan kepada semua gogol. Mereka
                kemudian dijadikan “magang gogol”, untuk kemudian kembali
                menjadi gogol kalau ada lowongan tanah norowito yang tidak

                                                                   135
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161