Page 158 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 158

Hak Atas Tanah Bagi Orang Asing  135


              dari   instrumen  program  Landreform.  Artinya lembaga izin ini
              dimaksudkan untuk mencegah  tidak dilanggarnya ketentuan yang
              terkait  dengan bidang   landreform   yang    akan  mengakibatkan
              gagalnya proses pemerataan  pemilikan  tanah.
                  Keharusan    bagi  semua  pemindahan  hak  atas  tanah  apapun
              untuk  dimohonkan    izin,  tidak  ada  celah  yang  dapat  digunakan
              oleh siapapun  untuk menerobos  ketentuan landreform. Hal  ini

              ditentukan  dalam  Pasal 5 ayat (3) jo. Pasal 7 PMA 14/1961, yang
              ditegaskan kembali  dalam Keputusan Menteri  Agraria No-Sk.3/
              Ka/ 1962 yang menetapkan bahwa  permohonan izin  pemindahan
              hak  harus  ditolak    jika  pemindahan    tersebut  melanggar    atau
              bertentangan  dengan ketentuan,   yaitu: UUPA,  seperti    tidak
              dipenuhinya   syarat  sebagai  subjek hak  atas   tanah (WNA tidak
              bisa menjadi subjek HM, HGU, HGB); UU No. 56 Prp. Tahun 1960

              berkenaan dengan  larangan pemilikan  tanah yang melampaui batas
              maksimum  atau larangan  pemecahan  tanah  yang menyebabkan
              kurang dari dua hektar;  dan PP No. 224 Tahun 1961 seperti larangan
              pemilikan  tanah secara absentee. 15
                  Selain untuk mendukung program landreform ketentuan di atas
              sangat tegas mengatur bahwa perizinan pemindahan hak diperlukan

              untuk mencegah terjadinya peralihan hak atas tanah kepada subjek
              hak yang  tidak berhak.  Misalnya beralihnya hak milik atas  tanah
              kepada orang asing.
                  Berdasarkan ketentuan Pasal 9 PMA No. 14 Tahun 1961 dapat

              diketahui bahwa pejabat yang diberi wewenang untuk memberikan
              izin pemindahan hak adalah Menteri Agraria untuk tingkat Pusat,
              Kepala  Inspeksi  Agraria untuk  Provinsi, Kepala Pengawas  Agraria
              untuk Karesidenan dan Kepala Agraria Daerah untuk Kabupaten/






              15   Nurhasan Ismail...,Op. Cit., hlm. 131.
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163