Page 42 - REFORMA AGRARIA EKOLOGIS
P. 42

khususnya Kementerian Kehutanan  dan Kementerian
                    Pertanian.
                Namun, di era  ini  juga ditandai  dengan  kelahiran  Landreform
                Plus atau  Reforma  Agraria  (Aset+Akses)  yang diilhami dari
                konsep Hernando  de Soto (2001)  yang mempromosikan  land
                titling (penyertipikatan tanah) agar bisa menjadi agunan untuk
                akses modal, dengan demikian aset masarakat menjadi bergerak
                efektif, konsep ini berdasar  asumsi bahwa kemiskinan  terjadi
                karena aset dan  sistem yang  bekerja di  lapangan  tidak efektif.
                Reforma Agraria (Aset+Akses) cukup berhasil menarik perhatian
                Presiden, masyarakat, dan Bank Dunia yang mendukung skema
                Land  Management and  Policy Development  Program  (LMPDP)
                pada 2004-2009, yang berlanjut dengan  fokus manajemen dan
                sertipikasi tanah. Karena obyek tanah yang disasar tidak banyak,
                redistribusi sedikit dilakukan, sehingga program ini lebih banyak
                legalisasi  aset atau  sertipikasi atas  tanah-tanah  yang  sudah
                mempunyai alat bukti hak sebelum sertipikat (Rachman 2012),
                akibatnya  Landreform Plus  tanpa  redistribusi  justru melayani
                kepentingan Bank Dunia  untuk membentuk  pasar  tanah  di
                Indonesia (Rachman 2017) daripada menyelesaikan ketimpangan
                lahan yang telah berlangsung lama dan menjadi faktor penyebab
                kemiskinan struktural dan konflik-konflik agraria (Sihaloho et al.
                2016, Widiyanto 2013 dan Mulyani 2014).
                Meskipun di Indonesia digencarkan sejak 2007, terdapat kritik
                atas konsep Landreform ala Hernando de Soto, 1) Hak milik formal
                dan informal tidak menjadi persoalan maupun sumber konflik
                tanah dan serta merta meningkatkan akses masyarakat terhadap
                modal (Goldfinch 2015), artinya konflik agraria cenderung dipicu
                oleh persoalan akses daripada aset, dan 2) legalisasi aset individu
                akan menjadi persoalan baru bagi masyarakat adat dengan hak
                komunal (Joireman 2008).  Agenda lanjut  dari  Landreform ala
                Hernando de Soto ialah pasca legalisasi aset individual, negara
                tidak  perlu campur  tangan dan  para  subjek  hak dapat  terlibat
                aktif dalam sistem pasar terbuka (Saleh et al. 2022), yang mana
                salah satu komoditasnya ialah tanah.


                                                                 BAB II   27
                       Reforma Agraria Ekologis: Upaya Mempertemukan Keadilan Sosial dan Lingkungan
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47