Page 37 - REFORMA AGRARIA EKOLOGIS
P. 37

sekaligus pemilik tanah, DV terlarang di NKRI (Soekarno 1960).
                Di era Soekarno, terlaksana tiga agenda penting, yaitu (1) register
                atas tanah; (2) pengaturan sirkulasi tanah-tanah kelebihan batas
                berdasarkan aturan  untuk didistribusikan  kepada  petani  tuna
                kisma; (3) penjabaran penerapan UUPA dalam hal memangkas
                tanah-tanah  yang melebihi batas menurut  aturan. Hasilnya,
                dalam tempo yang singkat, kelembagaan yang kuat terbangun,
                serta  penerbitan UUPA; Peraturan Pemerintah Pengganti UU
                (Perpu) No 56 (Prp) Tahun 1960; Keputusan Presiden No 131/1961
                yang  mengatur  pembentukan Panitia Landreform hingga
                aras (tingkat)  desa  dan PP No 224  Tahun 1961 yang mengatur
                landreform (Wiradi  2009 dan Salim dan Utami  2019). Namun,
                Reforma  Agraria ala  Soekarno  terhenti  sebelum  tuntas akibat
                propaganda bahwa  landreform merupakan  produk komunis
                (dalam sistem komunisme tidak ada hak milik pribadi, sedangkan
                UUPA menjamin adanya hak milik pribadi secara terbatas) dan
                disebut  sebagai  sebab  dari  peristiwa 1965 (Utrecht 1969  dan
                1979  cit.  Salim dan  Utami 2019)—umum dikenal sebagai  G30S
                yang diikuti dengan pembasmian massal terhadap mereka yang
                dicurigai sebagai anggota dan simpatisan PKI.

            2.  Reforma Agraria era Soeharto (1966-1998).
                Pemerintahan Soeharto menempatkan Reforma Agraria sebagai
                kebijakan untuk memasukkan modal asing, melalui (1) Regulasi
                yang berwatak liberalisasi,  antara lain, UU Penanaman Modal
                Asing (UU No 1 Tahun 1967); UU Kehutanan (UU No 5 Tahun
                1967) dan UU Pertambangan (UU No 11 Tahun 1967); yang senafas
                dengan Agrarische Wet 1870 yang berwatak DV dan eksploitatif,
                (2)  Kelembagaan  Reforma  Agraria  dihapus,  antara  lain  Panitia
                Landreform, Panitia Pengukuran Desa Lengkap; dan Pengadilan
                Landreform,  termasuk  likuidasi  Kementerian  Agraria menjadi
                setingkat Dirjen di bawah Menteri Dalam Negeri, dengan fungsi
                Catur Tertib Pertanahan, yaitu Tertib Hukum; Tertib Administrasi;
                Tertib  Penggunaan  Tanah;  dan  Tertib  Pemeliharan  Tanah  dan
                Lingkungan Hidup, (3) Reforma Agraria diwujudkan dalam (a)
                Teknis Administrasi semata, sedangkan amanat keadilan sosial


            22    REFORMA AGRARIA EKOLOGIS:
                  Praktik Penataan Akses Ramah Lingkungan di Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42