Page 49 - REFORMA AGRARIA EKOLOGIS
P. 49

c.  Apa itu Penataan Akses?
                Studi Chrysantini (2007) tentang redistribusi tanah di Jawa kepada
            petani kecil dan petani tuna kisma penerima objek redistribusi justru
            menunjukkan terjadinya eksklusi (keterusiran) penerima redistribusi
            tanah dari tanah yang diterimanya karena para elit dan tuan tanah
            berhasil mengambil alih tanah-tanah tersebut melalui pembelian atau
            penyewaan  kemudian  mempekerjakan para penerima redistribusi
            tanah tersebut  sebagai  buruhnya.  Perpindahan  penguasaan tanah
            ke segelintir elit juga ditunjukkan oleh Siriat (2017) dengan kasus di
            Vietnam, Filipina, dan Laos.
                Menurut Joyo Winoto dalam Pertiwi (2010), persoalan kemiskinan
            tidak serta merta selesai dengan redistribusi tanah sehingga redistribusi
            tanah perlu disertai sejumlah aksi, seperti akses ekonomi dan politik,
            informasi mengenai tanah yang memadai, serta pengetahuan tentang
            pembaruan agraria. Dengan demikian, Penataan Akses hadir untuk
            menjawab kekurangan legalisasi aset, sehingga pemegang hak benar-
            benar memanfaatkan  tanahnya untuk kesejahteraan hidupnya agar
            fungsi tanah sebagai sumber penghidupan benar-benar terwujud.

                Menurut Perpres Nomor 62  Tahun 2023  tentang Percepatan
            Pelaksanaan  Reforma Agraria,  Penataan Akses  ditakrifkan  sebagai
            program pemberdayaan  ekonomi  subjek  Reforma Agraria untuk
            meningkatkan kesejahteraan yang berbasis pada pemanfaatan tanah.
            Penataan Akses berorientasi pada kesejahteraan karena pemanfaatan
            aset  tanah.  Bentuk-bentuk Penataan  Akses  dapat berupa  fasilitasi
            keterampilan, kelembagaan, pemasaran, permodalan.

                Meskipun  demikian, Kementerian  Agraria  Tata Ruang/Badan
            Pertanahan Nasional (ATR/BPN) bukan lembaga yang dapat berperan
            secara langsung memberikan bantuan  permodalan,  kelembagaan,
            pemasaran  maupun  peningkatan  kapasitas  ekonomi, dengan
            demikian  Kementerian  ATR/BPN  memerlukan  kolaborator  baik
            berupa lembaga negara, lembaga swasta, dan/atau masyarakat sebagai
            fasilitator. Contohnya, untuk memberikan akses permodalan kepada
            SRA, BPN  dapat bekerjasama  dengan lembaga  perbankan;  untuk
            memberikan fasilitasi kelembagaan, BPN dapat bekerjasama dengan


            34    REFORMA AGRARIA EKOLOGIS:
                  Praktik Penataan Akses Ramah Lingkungan di Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54