Page 104 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 104
Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
bawah wedana jeksa mengurus kehakiman dan pengadilan.
Semua itu memiliki kampung kediaman sendiri-sendiri
dengan nama seperti golongannya. 36
Berdasarkan surat Rijksbestuurder 1 Agustus 1913 dinya-
takan bahwa seluruh abdi dalem keraton seharusnya bertem-
pat tinggal dalam lingkungan golongan masing-masing
(krajan, ambtserf), tetapi pada kenyataannya sebagian besar
pegawai-pegawai itu berpencar-pencar kediamannya, karena
sebagaian besar tanah pekarangan golongan (ambtserf) telah
didiami oleh orang lain. 37
Abdi dalem yang bertempat tinggal di pekarangan jabatan-
nya sendiri disebut dengan “cangkok” dengan hak untuk
tinggal dan menggunakan atas tanah pekarangan itu. Mereka
tidak membayar dengan uang untuk mendapat pekarangan-
nya, tetapi selanjutnya mereka harus membayar pajak kepada
keraton. Apabila ada orang yang menumpang di tanah abdi
dalem, maka abdi dalem itu disebut “patuh/lurah cangkok”,
sedangkan kawedanan cangkok adalah pengurus yang
mengatur tanah pekarangan yang ditempati oleh seseorang
yang menumpang di dalam tanah kampung golongan. Indung
cangkok kawedanan (magersari) adalah orang yang mendiami
pekarangan yang menjadi kepunyaan abdi dalem dari lain
38
golongan. Dalam hal ini kawedanan memiliki hak untuk
menarik pungutan uang atau kewajiban kerja (diensten)
36 Ibid.
37 Ibid.
38 Wawancara dengan KRT. Atmo, abdi dalem keraton di Kera-
ton Yogyakarta pada tanggal 12 Desember 1998.
85