Page 106 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 106
Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
(balemangu) untuk menentukan uang kerugian tanaman dan
rumah. Kawedanan menunjuk kepanitiaan yang bertugas
menaksir berapa besarnya uang ganti kerugian itu. Panitia
itu terdiri atas wakil “parentah” dan seorang dari polisi
(pegawai yang bertugas pada urusan kepolisian pengadilan).
Panitia itu dapat memutuskan bahwa indung cangkok hanya
mendapat ganti kerugian atas tanaman dan ongkos pemin-
dahan rumah yang disebut dengan “tukon tali” atau “tumbasan
tangsul” yaitu uang pembeli tali untuk pindahan yang dibe-
rikan oleh cangkok. Akan tetapi, dapat pula diputuskan bahwa
indung cangkok harus membeli rumah itu dengan pembayaran-
nya dalam jangka tertentu sesuai dengan perjanjiannya. Kalau
dalam waktu yang ditentukan indung cangkok tidak dapat
melunasi pembayarannya, indung cangkok kehilangan haknya
untuk mendapat pekarangan itu.
Abdi dalem itu dapat pula hanya mengganti karugian atas
tanam-tanaman saja dan mendirikan rumahnya sendiri di
samping rumah penumpang itu. Oleh karena itu, ia menjadi
cangkok dan orang yang menumpang lebih dahulu itu menjadi
indung tempel. Akan tetapi, ada pula abdi dalem yang hanya
mengganti kerugian atas tanam-tanaman (tanem tinuwuh).
Namun sebagai cangkok, orang-orang yang menumpang di
tempatnya lebih dahulu itu, membayar kepadanya setiap
bulan sekali. Pada Mei 1920, di Kampung Bumijo terdapat 24
pekarangan abdi dalem, hanya 10 saja yang didiami oleh yang
berhak, sedangkan 14 pekarangan lainnya menjadi tanah
gumantung kawedanan yaitu tanah yang belum dipergunakan
dan belum dibayar oleh abdi dalem yang memiliki hak pakai.
Penumpang yang telah menanami dan mendirikan rumah
87