Page 107 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 107
Nur Aini Setiawati
di atas pekarangan dengan membeli secara opstal atas perse-
tujuan kawedanan dan diberi akte yang diakui, tidak diwa-
jibkan membayar kerugian atas tanem tuwuh dan rumah yang
ditempati. Demikian pula, untuk pekarangan yang sudah
didiami oleh orang-orang Tionghoa dan Eropa, mereka juga
tidak dapat diusir dari rumah yang ditempati itu.
e. Tanah Kasentanan
Tanah kasentanan merupakan tanah milik sultan yang
telah diberikan kepada keluarga raja (para pangeran) yang
memiliki jabatan di bidang pemerintahan atau ketentaraan.
Di sekeliling rumah sentana, terdapat pekarangan yang dihuni
oleh penduduk yang memiliki luas rata-rata 50m2. Penduduk
yang bertempat tinggal di tempat ini diwajibkan membayar
pajak kepada keluarga raja (patuh cangkok) yang mendiami
tanah kasentanan itu serta menjalankan kewajiban-kewajiban
yang diperintahkannya.
Para pengeran yang diberi rumah serta tanah yang cukup
luas adalah mereka yang telah menikah. Akan tetapi, status
tanah yang diberikan kepada para pangeran itu hanya berupa
hak pakai, sedangkan tanah masih tetap milik sultan. Oleh
karena itu, para pangeran dan puteri sultan hanya memiliki
hak untuk menempati tanah kasultanan dan tidak dapat men-
jual tanah itu, meskipun mereka dapat mewariskan tanahnya
42
kepada keturunannya hingga derajat kedua (cucunya). Tu-
runan di bawahnya (buyut dan seterusnya) dapat juga tinggal
42 Rijksblad Kasultanan 1926, no.1, Bab. 4.
88