Page 105 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 105
Nur Aini Setiawati
sebagai pengganti pekarangan atau rumah tempat tinggal
mereka. Tanah pekarangan yang sebelumnya diberikan kem-
bali kepada abdi dalem tetapi masih didiami orang lain, tanah
itu disebut tanah “gumantung kawedanan”. 39
Lain halnya dengan indung cangkok, abdi dalem punakawan
tidak mempunyai kampung golongan sendiri, tetapi ia tinggal
di tanah pekarangan milik sultan dengan kedudukan sebagai
“cangkok” dan bukan sebagai indung. Meskipun ia kadang-
kadang disebut indung cangkok, tetapi mereka tidak mem-
punyai kewajiban apa-apa kepada kawedanan. 40
Abdi dalem punakawan dengan kedudukannya sebagai
cangkok, tidak dapat diusir oleh abdi dalem golongan tempat
di mana ia tinggal. Tiap-tiap abdi dalem mempunyai hak
meminta tanah dalam lingkungan golongannya. Oleh karena
itu, ia dapat mengusir penduduk yang bukan golongannya
dengan paksa. Berdasarkan peraturan Rijksbestuurder, abdi
dalem dapat menyuruh pergi orang yang menumpang dengan
mengganti kerugian-kerugian atas tanaman-tanaman dan
rumah di atas pekarangan atau memberi biaya agar mereka
pindah rumah. Cara seperti ini disebut “nglelang”. 41
Dalam menentukan uang kerugian atas tanaman-ta-
naman dan rumah atau biaya pindah rumah kadang-kadang
terjadi konflik karena tidak ada kata sepakat. Oleh karena
itu, indung cangkok dapat diajukan ke pangadilan keraton
39 Mochammad Tauchid, op. cit., hlm.139.
40 Ibid.
41 Wawancara dengan KRT. Atmo, Abdi dalem keraton di
Keraton Yogyakarta pada tanggal 15 Desember, 1998.
86