Page 26 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 26

Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat

               kan adanya dua unsur. Hal ini terlihat dari adanya sistem
               pembagian wilayah pusat-pinggiran yang ada pada pemba-
               gian wilayah Kota Yogyakarta. Sistem pembagian wilayah
               berkaitan dengan struktur birokrasi Mataram yang didasar-

               kan atas konsep kewilayahan negara dengan pusat keraton
               dan berkembang meluas ke wilayah luar. Wilayah Kota Yog-
               yakarta pada waktu itu adalah Kutagara atau Kutanegara,
               Negara Agung, Mancanegara, dan daerah Pesisiran.
                   Selain hak untuk menetapkan batas-batas luas daerah
               kekuasaannya, sultan memiliki hak untuk mengatur kepe-
               milikan tanah sesuai dengan hukum adat. Pada mulanya
               tanah Kasultanan di wilayah Yogyakarta diatur menurut
               Domein Verklaring Rijksblad Kasultanan 1918 No. 16. jo 1925
               No. 23 yang menyatakan bahwa tanah menjadi hak milik
                     14
               sultan.  Akan tetapi, dalam perkembangannya tanah itu ada
               yang diberikan kepada pihak pemerintah Hindia Belanda,
               kepada perorangan bangsa Belanda dan Tionghoa. Pada
               waktu diadakan reorganisasi hukum, tanah diberikan sebagai

               hak milik (bezutsrecht) kepada perorangan yang bertempat
               tinggal di Kota Yogyakarta dan kalurahan di luar ibukota. 15
               Perubahan status pemilikan tanah di Yogyakarta itu disebut
               dengan reorganisasi tanah. 16
                   Pada waktu dilaksanakan reorganisasi tanah oleh Sul-


                   14  Rijksblad Van Sultanaat Djogjakarta, No. 16 tahun 1918.
                   15  K.P.H. Notoyudo,  “Hak Sri Sultan Atas Tanah Di Yogyakarta”
               (Yogyakarta: 1975), hlm. 4
                   16   C.CH. Van Den Haspel, Overwicht in Overleg: Hervormingen
               van Justice grondgebruik en bestuur in de Vorstenlanden op Java 1880-
               1930) (Leiden: KITLV, 1985), hlm. 183-210.

                                                                    7
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31