Page 29 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 29
Nur Aini Setiawati
bungan darah dengan raja yang menjadi pusat kekuasaan, 19
maka mereka berada pada peringkat status yang tinggi seba-
gai tuan, dan rakyat kecil (wong cilik) berada pada peringkat
terendah sebagai abdi. Dalam masyarakat feodal seperti ini,
bangsawan sebagai tuan dapat mengerahkan berbagai jasa
yang dimiliki oleh seorang abdi dengan imbalan yang tidak
seimbang. Pengerahan tenaga kerja yang dilakukan para bang-
sawan dengan menggunakan tenaga rakyat kecil (abdi), antara
lain adalah menjaga keamanan, membersihkan keraton,
memelihara harta istana, dan sebagainya.
Masalah yang sangat penting adalah stuktur hubungan
vertikal pada masyarakat Jawa sering dikaitkan dengan per-
masalahan pertanahan. Tanah menunjuk status tertentu pada
seseorang dalam masyarakat. (Hak milik (domein) raja atas
tanah-tanah di wilayah kekuasaannya telah diketahui oleh
rakyat sebagai suatu kesadaran hukum. Sejak kapan hukum
yang mengatur pemilikan tanah di Kota Yogyakarta itu ada?
Apakah hukum itu merupakan sesuatu yang baru untuk
dipaksakan? Apakah warga masyarakat Yogyakarta diberi
kesempatan untuk memiliki hak kepemilikan akan tanah yang
dipakai?
Setelah Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua yaitu
Yogyakarta dan Surakarta, Belanda menunjuk seorang resi-
den untuk mengawasi kedua kerajaan itu. Campur tangan
pemerintah kolonial semakin mengarah kepada campur
tangan sosial, ekonomi, politik, budaya, dan hukum.
Pemerintah kolonial membentuk pengadilan Landraad
19 Ibid., hlm. 42.
10