Page 33 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 33
Nur Aini Setiawati
Kota Yogyakarta, dan secara ideal pula dapat digunakan
untuk melihat tepat tidaknya suatu kebijakan pemerintah
yang berhubungan dengan sektor agraria pada saat ini
maupun proyeksi masa depan. Perencanaan pembangunan
akan lebih tepat jika faktor-faktor pengalaman masa lalu
diperhatikan sebagai bagian dari memahami proses perja-
lanan panjang sejarahnya. Untuk itu, menganalisis sebab-
sebab umum dan khusus perubahan pola-pola pemilikan
tanah dan sengketa tanah, transformasi pemilikan, dan kaitan-
nya dengan pekembangan Kota Yogyakarta menjadi perlu
dikerjakan secara serius.
C. Kerangka Teori
Untuk memaparkan suatu kerangka konseptual lebih
dahulu akan dijelaskan pengertian istilah pola pemilikan dan
sengketa yang dipergunakan dalam kajian sejarah ini. Menu-
rut hukum adat, hubungan manusia dengan tanahnya sangat
ditentukan oleh intensitas de facto penggunaan atau pengga-
rapan manusia atas tanah itu. semakin semangat manusia
menggarap tanah, semakin kukuh hubungan antara manusia
dengan tanah yang digarapnya, sehingga semakin kukuh
pula penguasaan dan pemilikan atas tanah itu. penguasaaan
dan pemilikan tanah perseorangan diperoleh dari membuka
tanah kososng dengan izin gubernur. Setiap orang yang mem-
buka tanah diperbolehkan mempunyai hak milik atas tanah
(erfelijk individueel bezitsrecht). 23
23 Oloan Sitours dan Nomadyawati, Hak Atas Tanah Dan Kondomi-
nium Suatu Tinjaun Hukum (Jakarta: Dasamedia Utama, 1995), hlm. 46.
14