Page 36 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 36
Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
karena tanah akan menghasilkan keuntungan apabila dikelola
dengan baik.
Robert van Niel mengatakan bahwa sumber utama pen-
dapatan raja dan rakyatnya berasal dari pengolahan tanah.
Raja sebagai penguasa seluruh tanah di wilayah kekuasaannya
mengambil sebagian hasil tanah dan mempergunakan tenaga
kerja (kawula). Tanah di Kutagara ditempati sebagai tempat
tinggal, pekarangan di sekitar rumah di daerah Kutagara
pada umumnya ditanami pohon buah-buahan dan pohon
bambu, sedangkan sawah yang letaknya agak jauh dari tem-
pat tinggal ditanami padi. Demikian pula, tanah di Nega-
ragung dan Mancanegara, tanah itu dikelola oleh kawulanya.
Pengelolaan tanah dan tenaga kerja diatur oleh Patuh. 28
Dalam perkembangannya, penguasaan dan pemilikan
tanah oleh raja itu mengalami transformasi terutama setelah
diadakan reorganisasi agraria. Rakyat diberi kesempatan
untuk memiliki tanah secara pribadi. Demikian pula halnya
dengan bangsa Belanda dan Tionghoa mereka diberi kesem-
patan untuk mengelola tanah yang mereka tempati.
Konsep hak milik berdasarkan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Belanda (Burgerlijk Wetboek) menitikberatkan
pada pemilikan tanah sebagai awal pemilikan yang berada
di tangan penguasa pemerintah. Berbeda dengan konsep hu-
kum adat yang menekankan pada kenyataannya (de facto)
baik berupa kenyataan penguasaan, penempatan, pendu-
dukan, permukiman maupun berupa pengusahaan meru-
pakan permulaan munculnya hak, konsep hukum Barat
28 Robert van Niel, op. cit., hlm. 124.
17