Page 75 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 75
Nur Aini Setiawati
Dengan melihat ekologi wilayah Kota Yogyakarta yang
subur, kehidupan ekonomi masyarakat Yogyakarta tidak
dapat lepas dari aktivis di bidang pertanian. Oleh karena
itu, tanah merupakan sumber pendapatan yang utama. Tanah-
tanah kasultanan di daerah perkotaan yang masih diman-
faatkan untuk daerah pertanian terletak di tepian Kota Yog-
yakarta khususnya di kemantren-kemantren Kotagede,
Tegalrejo, Umbulharjo, Mergangsan, Mantrijeron, dan
Wirobrajan. Masyarakat di sekitar itu masih memiliki cara
hidup yang sama dengan penduduk desa. Petani yang
mengerjakan tanah kasultanan baik milik sultan maupun
priyayi adalah golongan wong cilik sebagai kawula mereka. 49
Petani diberi tanah sanggan agar dikelolanya. Mereka
mempunyai kewajiban memberikan hasil dalam bentuk
barang atau pajak kepada penguasa dan wajib mengerjakan
tanah sanggan itu. Sebagai imbalannya, petani (kawula dalem)
diperkenankan menempati sebidang tanah milik priyayi.
Apabila mereka dapat menggarap tanah itu, mereka diwa-
jibkan menyerahkan 1/5 hasil panen dari tanah keseluruhan
untuk lungguh Lurah dan Pamong, untuk pengarem-arem
Bekel yang diberhentikan akibat reorganisasi tidak dapat
ditempatkan kembali serta untuk mencukupi kebutuhan
kalurahan. 50
Melihat pola perkampungan di Kota Yogyakarta yang
tempat tinggalnya mengelompok dan memiliki hubungan
erat dengan tempat kerjanya, dapat diketahui bahwa di Yog-
49 Sartono Kartodirdjo, Perkembangan. op. cit., hlm. 37.
50 Rijksblad Yogyakarta, Tahun 1918, No. 16, pasal 7.
56