Page 87 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 87
Nur Aini Setiawati
Di daerah-daerah tanah apanage itu, bangsawan membawahi
seorang kepala distrik/lurah untuk mengurusi atau menarik
pajak. Adapun luas tanah-tanah apanage para pejabat tinggi
pemerintahan adalah sebagai berikut: Ratu Eyang, Ratu Ibu,
dan Ratu Kencana masing-masing memiliki tanah apanage 1000
karya. Adipati Anom 8000 karya, Patih Lebet 20.000 cacah.
Wedana Lebet yang terdiri dari Wedana Keparak Kiwa,
Keparak Tengen, Gedong Kiwa, Gedong Tengen masing-
masing mendapat 5000 karya. Wedana Bumi 7500 karya,
Wedana Bumija 6000 karya, Wedana Siti Ageng Kiwa dan
Wedana Siti Ageng Tengen masing-masing mendapat 10.000
karya, Wedana Sewu 6000 karya, Wedana Numbak Anyar
10.000 karya, Wedana Penumping 10.000 karya. 7
Akibat kekuasaan sultan yang besar atas tanah, di Yog-
yakarta penduduk hanya memiliki hak pakai atas tanah-tanah
yang mereka kelola. Hak-hak pakai itu tetap dimiliki oleh
penduduk selama tidak menimbulkan ketidaksenangan bagi
sultan dan pemegang apanage. Penduduk dibebani pajak yang
tinggi, yaitu sebesar 1/3 dari hasil tanah yang digarap. Hal
ini mengakibatkan hutang penduduk bertambah kepada sul-
tan. Di pihak lain tekanan dari pemegang apanage menye-
babkan munculnya perpindahan hak-hak milik atas tanah
yang digunakan kepada pemilik baru.
Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, hubungan
antara kasultanan dengan Pemerintahan Hindia Belanda
diatur dalam suatu kontrak politik. Akibat dari perkem-
7 F.A. Sutjipto (ed.) Sejarah Nasional Indonesia: Indonesia Dalam
Abad 18 Dan 19. Jilid IV (Jakarta: Balai Pustaka, 1977), hlm. 13.
68