Page 85 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 85

Nur Aini Setiawati

            memiliki status hak anggadhuh itu turun-temurun. Status sul-
            tan sebagai penguasa atas tanah yang ada di dalam wilayah
            kerajaannya dinyatakan dalam rijksblad kasultanan sebagai
            berikut:

                “Sakabehing bumi kang ora ana yektine kadarbe ingliyan
                mawa wewenang egendom dadi bumi kangungane keraton
                ingsun Ngajogjakarta” .
                                     5
            Artinya:
                “Segala tanah yang tidak ada bukti kepunyaan orang lain
                dengan kekuasaan egindom menjadi tanah milik Keraton
                Yogyakarta”

                Untuk pengawasan terhadap tanah yang sangat luas,
            sultan menyerahkannya kepada kerabat sultan (sentana dalem)
            dan para pegawai (priyayi) yang ditunjuk oleh sultan. Dengan
            demikian, di Kota Yogyakarta tanah yang luas itu sebagian
            dikuasakan kepada keluarga sultan dan para pegawai (abdi
            dalem)-nya. Mereka itu disebut “patuh”, sedangkan tanah
            yang dikuasakan kepada mereka disebut “tanah kepatuhan”
            atau tanah lungguh.  Atas tanah lungguh (apanage ) itu para
                               6
            patuh dapat memungut pajak sebagai penghasilan mereka.
                Dalam menjalankan pengawasan terhadap tanah-tanah

            kasultanan, patuh menyerahkan hak-hak kekuasaan mereka
            kepada pembantu mereka di perkotaan. Para pembantu pa-



                5  Rijksblad van Sultanaat Djogjakarta, No. 16, pasal 1, tahun 1918.
                6  Tanah lungguh (apanage) adalah tanah jabatan sementara yang
            diberikan sebagai gaji seorang priyayi atau bangsawan karena mere-
            ka memiliki abatan dalam pemerintahan kerajaan pada waktu ter-
            tentu. Lihat Soemarsaid Moertono, op. cit., hlm. 1.

            66
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90