Page 84 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 84
Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
besar atas hak milik tanahnya dapat mempengaruhi rakyat
untuk mengikuti keinginannya. Untuk menunjukkan kebak-
tiannya kepada raja, rakyat menyerahkan sebagian dari hasil
bumi sebagai pajak. Rakyat menganggap bahwa yang memi-
liki tanah adalah sultan dan dirinya hanya memakainya.
Sistem masyarakat Yogyakarta yang feodal menyebab-
kan kekuasaan di bidang ekonomi, politik, dan sosial terpusat
pada raja. Tanah dimiliki dan dikuasai oleh raja, sedangkan
rakyat yang mengerjakan diwajibkan menyerahkan sebagian
hasilnya. Terpusatnya kekuasaan raja diwarnai dengan kon-
sep “manunggaling kawula gusti” (persatuan antara raja dan
rakyat/hamba dan tuan) yang menggambarkan raja sebagai
wakil Tuhan di dunia, sehingga raja melindungi rakyat dan
sebaliknya rakyat diwajibkan untuk mengabdi kepada raja.
Hal ini dianggap sebagai kepercayaan yang sudah ditakdir-
kan (titinah). Konsep “kawula gusti” tidak hanya menunjukkan
hubungan antara yang tinggi dengan yang rendah, tetapi
lebih menunjukkan hubungan kesalingbergantungan yang
erat antara dua unsur yang berbeda dan tidak terpisahkan. 3
Adanya kekuasaan sultan yang absolut menyebabkan
sultan menjadi penguasa atas tanah yang ada di dalam
wilayah kerajaannya, sedangkan rakyat (kawula dalem) hanya
sekedar diperkenankan menempati sebagian tanah. Dengan
demikian, rakyat hanya memiliki hak anggadhuh, meskipun
4
3 Soemarsaid Moertono, Negara Dan Usaha Bina-Negara Di Jawa
Masa Lampau: Studi tentang Masa Mataran II, Abad XVI sampai XIX,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985), hlm. 17-32.
4 Anggaduh: tanah yang diberikan kepada rakyat sebagai hak
pakai untuk dikerjakan (digarap).
65