Page 88 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 88
Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
bangan politik itu, pemerintah kolonial mengubah sistem
penguasaan dan pemilikan tanah di Yogyakarta. Kepemilikan
tanah yang pada mulanya berada di tangan sultan, para sentana
dalem, dan abdi dalem dialihkan sedikit demi sedikit kepada
Pemerintah Hindia Belanda, meskipun kedudukan sosial
dalam masyarakat feodal tetap berada di tangan sultan. 8
Tanah di Yogyakarta yang langsung dikuasai oleh sul-
tan disebut tanah “Maosan Dalem”, sedangkan tanah lainnya
disebut “tanah kejawen/apanage” yaitu tanah yang dipergu-
nakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sultan. Tanah
itu oleh sultan diberikan kepada sentana dalem dan abdi
dalem agar mereka mengurus dan memungut pajak. Para
pemungut pajak (patuh) sebagian besar bertempat tinggal di
keraton atau di kota. Tanah apanage digunakan untuk mendi-
9
rikan rumah-rumah bagi putra sentana dalem dan bagi abdi
dalem, untuk kalurahan, dan digunakan penduduk sebagai
hak pakai turun temurun.
Sultan memiliki kewenangan untuk mempergunakannya
bagi kepentingan kasultanan atau untuk kepentingan pribadi.
Sultan memiliki hak memakai dan hak mencabut hak-hak
dari pemegangnya atau memberikan kepada pihak lain. Pola
penguasaan tanah feodal semacam itu memberikan kesem-
patan kepada modal asing untuk berkembang. Persil-persil
tanah yang menjadi kuasa sultan disewakan kepada pihak
pemerintah Gubernur Hindia Belanda, NISM, SS, dan dise-
8 Werner Rool, Struktur Pemilikan Tanah Di Indonesia (Jakarta:
C.V Rajawali, 1983), hlm. 51.
9 Ibid.
69