Page 193 - Mewujudkan Indonesia Emas 2045
P. 193

3.  Tanah pekarangan desa merupakan tanah yang dimiliki oleh desa
              adat  untuk digunakan  masyarakat adat  sebagai  tempat  tinggal
              selama keluarga  atau keturunan  dari  keluarga  tersebut masih
              menjadi bagian dari desa adat.
           4.  Tanah ayahan desa merupakan tanah yang dimiliki oleh desa adat
              dan digarap oleh  masyarakat adat guna  memenuhi  kebutuhan
              masyarakat yang berada pada desa adat. (Kangagung & Windia,
              2021)

               Tanah adat di Bali dikuasai secara turun temurun tetapi tidak
           bisa diperjualbelikan  serta  tidak dapat dikuasai oleh  yang  bukan
           keturunan keluarga tersebut karena terikat pada awig-awig dan desa
           adat. Dalam pelaksanaanya masyarakat di luar desa adat tidak bisa
           membeli atau menguasai tanah adat di suatu desa. Masyarakat adat
           harus mengikuti beberapa aturan yang tertuang di dalam awig-awig
           seperti membayar iuran, dan ikut dalam kegiatan adat selama masih
           menjadi  masyarakat  di desa adat  tersebut.  Pensertipikatan  tanah
           adat di bali juga dilakukan untuk tanah tempat duduk pura dan tanah
           milik  pura.  Tanah  tempat duduk  pura dapat disertipikatkan atas
           nama pengempon atau pemimpin pura dengan pemilikan atas nama
           pura. Tanah milik pura juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan
           kegiatan pertanian yang digarap oleh masyarakat adat yang tergabung
           pada anggota  pura.  Tanah  milik  pura dapat dimanfaatkan  untuk
           investasi jangka panjang seperti menyewakan tanah milik pura untuk
           restoran,  tempat  usaha dagang dengan  kesepakatan antara  kedua
           belah  pihak(Witari et  al.,  2020).  Keuntungan  dari  pemanfaatan
           tanah milik pura ini akan digunakan untuk melaksanakan upacara-
           upacara yang dilakukan di pura dan untuk menambah kas pura itu
           sendiri.  Sehingga,  jika tanah tempat  duduk  pura  dan tanah  milik
           pura disertipikatkan akan berdampak baik dan menjamin kepastian
           hukum terhadap tanah pura tersebut. (Witari et al., 2020).





           176   Mewujudkan Indonesia Emas 2045 Melalui Kebijakan Pertanahan
                 yang Modern, Berkelanjutan dan Berkontribusi untuk Kesejahteraan Masyarakat
   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198